get app
inews
Aa Read Next : Aktivis Lingkungan Desak Konjen Jepang Hentikan Pengiriman Sampah Plastik ke Indonesia

Krueng Aceh Terkontaminasi Mikroplastik, Butuh Prioritas Penanganan Sampah Plastik Provinsi Aceh

Selasa, 31 Mei 2022 | 15:27 WIB
header img
Pendeteksian kesehatan Krueng Aceh yang hulunya ada di Aceh Besar sedangkan hilirnya ada di Banda Aceh.(Foto: Tim ESN for iNewsSurabaya.id)

ACEH, iNews.id - Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) dan Perkumpulan Telapak Teritori Aceh, melakukan deteksi kesehatan Krueng Aceh yang hulunya ada di Aceh Besar sedangkan hilirnya ada di Banda Aceh.

Selam dua hari, Sabtu-Minggu kemarin, mereka menguji kualitas air dan kontaminasi Mikroplastik melalui sample air yang diambil di empat lokasi mewakili Segmen Hulu, Segmen Tengah dan Segmen Hilir.

Peneliti Lembaga Kajian Ekologi dan konservasi lahan basah (Ecoton), Eka Chlara Budiarti, mengungkapkan bahwa Krueng Aceh telah terkontaminasi mikroplastik. 

"Polanya semakin kearah hilir jumlah mikroplastik makin bertambah. Untuk jenis yang paling banyak mencemari air sungai adalah jenis fiber atau partikel mikroplastik yang berbentuk benang. Jenis fiber ini bersumber dari tekstil atau bahan pakaian polyester yang dicuci kemudian benang-benangnya rontok dan mengalir melalui bilasan air menuju kesungai,” ungkapnya.

Eka menjelaskan, bahwa meski air Krueng Aceh tidak terlalu keruh, namun dengan menggunakan mikroskop pembesaran 40-400 kali bisa ditemukan hingga 150 Partikel Mikroplastik dalam 100 liter air sungai.

Kontaminasi Mikroplastik terbanyak di temukan di bawah jembatan Beurawe yaitu 150 PM/100 L. Disusul Jembatan Lambaro 90 PM/100 L yang mewakili segmen tengah Krueng Aceh. 

Sedangkan untuk wilayah Hulu di Aceh Besar kandungan mikroplastiknya lebih rendah dibandingkan Segmen tengah dan Segmen Hilir. Di Hulu kandungan Mikroplastik 36-60 PM/100 L. 

“Di Hulu kandungan mikroplastiknya lebi rendah dibanding Hilir, kontaminasi terkecil ada di Lambeugak sebesar 36 PM/100 L sedangkan wilayah hulu lainnya yaitu di Keumireu sebsar 60 PM/100L,” papar Eka.

 

Peneliti yang juga anggota tim ESN, Prigi Arisandi menambahkan, temuan mikroplastik di Krueng Aceh akibat banyaknya sampah plastik yang dibuang di badan air sungai. 

Ada beragam jenis sampah plastik seperti tas kresek, sachet makanan, Styrofoam, popok bayi dan packaging (bungkus) personal care seperti sachet shampo, sabun, detergen cuci dan botol plastik minuman.

"Sampah plastik sekali pakai yang dibuang ke sungai akan terfragmentasi (terpecah) menjadi serpihan plastik kecil berukuran dibawah 5 mm yang disebut mikroplastik," tuturnya.

Diketahui, mikroplastik adalah serpihan plastik berukuran kurang dari 5 mm yang berasal dari hasil fragmentasi atau terpecahnya plastik-plastik ukuran besar. Seperti tas kresek, sedotan, sachet, popok dan bungkus plastik atau peralatan terbuat dari plastik yang menjadi sampah dan terbuang di media air atau media lingkungan lainnya. 

Proses pecahnya plastik ukuran besar menjadi ukuran kecil disebabkan oleh radiasi sinar matahari, pengaruh fisik gerakan atau arus air.  

Mikroplastik masuk kategori senyawa penganggu hormon karena dalam proses pembuatan plastik ada banyak bahan kimia sintetis tambahan dan sifat mikroplastik yang hidrofob atau mudah mengikat polutan dalam air. 

Mikroplastik yang masuk dalam air akan mengikat polutan di air seperti logam berat, pestisida, detergen dan bakteri patogen. 

Jika mikroplastik tertelan manusia melalui ikan, kerang dan air maka bahan polutan beracun akan berpindah ke tubuh manusia dan menyebabkan gangguan hormon. Mikroplastik juga menjadi media tumbuh bagi bakteri pathogen. 
 

Editor : Ali Masduki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut