Gunakan Pewarna Alami
Menariknya, batik Ulur Wiji hadir dengan teknik yang cukup tradisional. Batik di produksi menggunakan pewarnaan alami. Sejumlah bahan dasar warna, bahkan hasil riset dari Nasta Rofika sendiri.
"Kami menggunakan pewarnaan alami, karena kami konsen ke lingkungan," kata dia.
Alumni Teknik Lingkutan ITS ini mengaku, penggunaan warna alami memang membutuhkan efford yang cukup besar. Namun bagi Rofika, hal itu memunculkan kepuasan tersendiri.
"Karena kami tinggal di pemukiman, maka bahan alami ini tidak ada limbah. Bahan-bahan warna seperti kayu hampir habis keserap kain," tuturnya.
Ia menyebut, bahan pewarnaan batik terdiri dari kayu tegeran, kayu mahoni, kayu jambal, kayu secang, daun indigo yang didapat dari petani Semarang dan sejumlah bahan lainnya.
Bagi pembatik, bahan-bahan warna alami ini sudah tidak asing. Namun untuk mendapatkan warna yang serasi, Rofika tetap melakukan penelitian.
"Ini kami riset sendiri agar sesuai dengan kain yang akan dibatik," ungkapnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait