Kisah Pasukan KNIL Salurkan Hasrat Seks, Ambil Pribumi Jadi Wanita Simpanan

Solichan Arif
Militer KNIL (Koninklijke Nederlands Indische Leger) masa Pemerintahan Hindia Belanda memiliki cara unik untuk membuat pasukan terus berjaya. Mereka diperbolehkan untuk mengambil wanita simpanan. (Foto/MPI)

Para nyai di tangsi militer kebanyakan berusia 12-35 tahun. Nyai berusia 30 tahun sudah dianggap tua. Selain perempuan pribumi, tak sedikit nyai keturunan Indo- Eropa. Mereka yang berasal dari hasil pergundikan sebelumnya.

Berbeda dengan nyai perempuan pribumi. Nyai Indo - Eropa selalu selektif dalam memilih pasangan. Perwira berpangkat rendah dan sejenisnya, selalu menjadi favoritnya. Hal itu yang membuat nyai keturunan Indo-Eropa dipandang lebih tinggi dari nyai pribumi.

Sementara bagi sebagian perempuan pribumi, menjadi nyai adalah cara melepaskan diri dari kemiskinan. Motif utamanya ekonomi. Dengan menjadi nyai biaya hidup lebih terjamin. Penghasilan lebih teratur, termasuk adanya pendapatan tambahan dari jasa mencuci pakaian serdadu yang lain.

Namun di sisi lain mereka berhadapan dengan resiko sosial yang besar. Menjadi nyai dianggap merendahkan diri sendiri. Apalagi jika pasangannya seorang Eropa, mereka dianggap telah merendahkan diri di depan bangsa sendiri. Akibatnya tidak mendapat tempat lagi di masyarakat. “Posisi mereka berada di antara perempuan biasa dan pelacur,” kata Anggota Perlemen Scheuren dalam pandangan umum 29 November 1911.

Editor : Arif Ardliyanto

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network