Oleh sebab itu, Cak Eri berharap seluruh warga Kota Surabaya bisa mencontoh tali persaudaraan Cak Kartolo dengan Cak Sapari. Jika ada warga Kota Pahlawan menjalin persahabatan lalu berpisah, hal itu tidak sesuai dengan budaya arek yang dijunjung oleh Kota Surabaya. “Mangkanya disatukan dengan seni dan budaya, melalui ludruk. Meskipun Cak Sapari meninggal, Cak Kartolo tetap menjadi sahabatnya. Saya berharap warga Surabaya bisa melihat perjuangan beliau, maka dalam satu RT atau kampung bisa menciptakan rasa persaudaraan,” harapnya.
Ditemui di rumah duka, Cak Kartolo tokoh duet Cak Sapari dalam lakon atau pementasan ludruk, mengaku kehilangan dengan kepergian sahabatnya itu. Ia pun mengenang perjalanan saat berproses bersama dalam berbagai lakon ludruk. Menurutnya, kenangan yang paling berkesan adalah bisa berduet dengan Cak Sapari saat tampil di luar Provinsi Jawa Timur.
“Seperti di Lombok, Bontang, atau Batam, itu kenangan banyak. Saya merasa kehilangan saat Cak Sapari berpulang karena dipanggung sudah cocok duet bersama-bersama,” kata Cak Kartolo.
Bagi Cak Kartolo, Cak Sapari adalah sahabat yang cukup pendiam. Ia mengenal sahabatnya itu sejak tahun 1980, ketika bertemu di lokasi rekaman kaset Nirwana. Bahkan, menjelang tutup usia, Grup Ludruk Kartolo Cs masih berproses bersama di film layar lebar Lara Ati yang disutradarai langsung oleh Bayu Skak.
“Saya juga mengapresiasi keinginan Pak Wali Kota Eri Cahyadi yang ingin menggelar kegiatan “Mengenang Cak Sapari”. Monggo kalau Pak Wali yang ngajak (main ludruk), saya merespon baik. Iya nanti bisa menggelar ludruk gabungan dengan teman-teman yang lain,” ucapnya.
Senada dengan sang suami, Ning Tini istri Cak Kartolo juga merasa kehilangan dengan kepergian Cak Sapari. Ia pun berharap para generasi muda bisa meneruskan cita-cita Cak Sapari untuk melestarikan kesenian ludruk. “Merasa kehilangan sekali, kami sudah berkumpul sejak tahun 1980 dan sudah berproses bersama. Saya harap generasi muda bisa meneruskan cita-citanya Cak Sapari, mudah-mudahan bisa lanjut dan melestarikan seni budaya ludruk di Surabaya dan Jawa Timur,” pungkas Ning Tini yang sekaligus anggota Grup Ludruk Kartolo Cs.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait