Menurut Prof. Slamet Mulyana, terkait perbedaan ini, sumber Nagarakretagama lebih bisa dipercaya. Terlebih lagi, kemungkinan besar Prapanca menyaksikan sendiri momen mangkatnya Sang Patih Amangkubhumi.
Menurut keterangan dari Nagarakretagama inilah didapat sedikit kisah menganai kematian Gajahmada. Dalam pupuh 10, diuraikan pada tahun Saka 1285, Prabu Hayam Wuruk berziarah ke candi makam Simping.
Sepulang dari Simping itu Prabu Hayam Wuruk mendapat kabar bahwa Patih Gadjah Mada sakit keras. Sang Prabu pun bersedih mendengar hal tersebut.
Prabu Hayam Wuruk mengenang betapa terpuji sikap patih Gadjah Madabagi Majapahit selama ini. Ia cinta kepada segenap rakyat tanpa pandang bulu.
Pada pupuh 12/4, pujangga Prapanca menuliskan pujiannya kepada Patih Amangku bumi Gadjah Mada, "Di bagian timur laut adalah rumah sang Gadjah Mada, patih Wilatikta, seorang menteri wira, bijaksana, serta setia bakti kepada raja, fasih bicara, jujur, pandai, tenang, teguh tangkas serta tegas, tangan kanan maharaja yang melindungi hidup penggerak dunia," dikutip Tim iNews dari buku "Menuju Puncak Kejayaan".
Pada saat wafat, tidak diketahui dengan jelas di mana lokasi Gajah Mada berada. Meski demikian, sejumlah tempat diyakini sebagai tempat peristirahatan terakhir sang patih.
Bahkan dikabarkan sedikitnya ada 5 lokasi di seluruh Indonesia yang dipercaya sebagai makam Patih Gajah Mada. Meski demikian, belum ada temuan arkeologi yang menguatkan hal itu.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait