Lebih lanjut, Dosen Departemen Teknik Elektro ITS ini menuturkan, pengendalian SITPV yang tidak tepat mengakibatkan energi yang dihasilkan panel surya tidak optimal, pemakaian energi yang kurang maksimal, dan akurasi irigasi rendah.
Beberapa peneliti telah melakukan optimalisasi terhadap SITPV, namun usaha tersebut masih bersifat parsial sehingga masih kurang optimal,” kata dia.
Penelitian yang dibimbing langsung oleh Rektor ITS, Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng IPU AEng ini mengintegrasikan kontroler Maximum Power Point Tracking (MPPT) dengan algoritma Hybrid Kalman Fuzzy.
Skema sistem irigasi tetes bertenaga fotovoltaik rancangan Dr Suwito ST MT
Gabungan teknologi tersebut mampu mengoptimalkan daya luaran panel surya agar selalu mencapai daya maksimum di semua intensitas penyinaran matahari dengan cepat dan stabil.
“Sekalipun dalam keadaan berawan, sistem ini dapat dengan cepat beradaptasi,” papar Suwito.
Lebih lanjut, Suwito memaparkan, daya maksimum yang dihasilkan oleh panel surya dengan integrasi MPPT dan Hybrid Kalman Fuzzy diteruskan ke pompa air sentrifugal berjenis BLDC yang mempunyai efisiensi tinggi.
“Dengan begitu sistem ini hemat dalam pemakaian energi dan sangat tepat diterapkan di daerah terpencil yang tidak memiliki jaringan distribusi listrik,” ungkapnya.
Suwito meyakini, sistem irigasi rancangannya yang juga dilengkapi dengan algoritma BPSO ini memungkinkan distribusi irigasi secara cerdas sesuai ketersediaan listrik. Penggunaan kecerdasan buatan ini membuat tanaman mendapat suplai air yang cukup dan tepat sesuai dengan kebutuhannya untuk tumbuh.
“Selain dapat menghemat air, sistem ini memiliki akurasi irigasi yang tinggi. Dana saya berharap, sistem irigasi ini dapat membantu Indonesia mencapai ketahanan pangan,” pungkasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait