SURABAYA, iNews.id – Pasar Keputran menjadi salah satu pasar legenda di Kota Surabaya. Namun tak banyak orang yang tahu, nama keputran memiliki sejarah yang unik dari zaman kerajaan-kerajaan masa lalu.
Sebagaimana diketahui, Keputran hanya dikenal sebagai pasar tradisional yang menjual sayur-mayur. Namun dibalik nama Keputran menyimpan cerita panjang, karena Keputran diambil dari nama putri anggota keluarga raja.
Fakta ini disajikan Pengamat Sejarah Nur Setiawan. Ia menceritakan, dulu Keputran merupakan wilayah kerajaan Surabaya yang berdiri sejak 31 Mei 1293. Nama Keputran sendiri disebut-sebut diambil dari nama putri-putri yang kemudian disebut keputren atau berganti menjadi keputran.
“Jadi dulu kabarnya kawasan ini ditinggali permaisuri, para selir dan putri raja yang masih lajang,” tuturnya.
Bagi orang kerajaan, dulu menyebutnya Kaputren (tempat khusus orang putri/perempuan). Namun lambat laun namanya berubah menjadi Keputran. Karena itu, pasar yang ada di lokas tersebut dinamai Pasar Keputran.
Pasar Keputran ini sendiri ada dua, yaitu Pasar Keputran Selatan dan Pasar Keputran Utara. Untuk Pasar Keputran Selatan, biasanya disebut juga pasar Keputran lama. Di sini pedagang menjual berbagai keputuhan pokok, aneka bunga setaman, janur, dan manggar.
Setelah berganti era penjajahan, tahun 1600 kawasan Keputran menjadi kawasan khusus untuk warga pribumi. Keberadaan pasar pun semakin berkembang. Ia menyebut tahun 1960, para distributor sayur-mayur mulai berdatangan dari luar daerah Kota Surabaya dan langsung menyerbu Pasar Keputran hingga meluber ke jalan-jalan raya yang ada di sekitranya.
“Pasar Keputran lama yang berdagang berbagai jenis barang kebutuhan pokok, beserta barang seperti yang saat ini masih tersisa, yaitu janur, tebu, manggar, serta bunga,” ujarnya.
Sementara pasar di sebelah utara, yang kini dikenal sebagai Pasar Keputran Baru ada sekitar tahun 1955. Dulunya pasar umum dan pasar rombeng, berupa pakaian dan peralatan rumah tangga dan belum menjadi pasar sayur seperti sekarang ini. “Ini adalah pasar induknya di Surabaya,” jelas dia.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait