SURABAYA, iNews.id – Ratusan peserta mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas) I.K.O Federation International Karate Kyokushinkai (FIKK) di Surabaya. Mereka menunjukan ketrampilan karate dengan menekankan fisik.
Peserta karate ini berasal dari berbagai provinsi, ada 15 perguruan karate Kyokushinkai dari sleuruh Indonesia yang terlibat dalam kompetisi ini. Dari 15 perguruan, peserta yang mendaftar untuk melakukan kompetisi sebanyak 175 orang. Mereka menunjukan ketrampilan gerakan, ketepatan gerakan, dan kemantapan gerakan.
“Ini adalah kejuaraan nasional. Peserta 15 perguruan karate Kyokushinkai dari seluruh Indonesia dengan jumlah peserta 175 orang,” kata Ketua Dewan Pembina Star of Kyokushin Indonesia, Shihan Dicky Setyawan di Maspion Square, Surabaya.
Dicky mengatakan, diantara daerah yang mengikuti kejuaraan nasional ini berasal dari Medan, Jakarta, Jember, Yogyakarta, dan Surabaya. Jumlah peserta ini diyakini bisa bertambah pada tahun depan, karena kompetisi ini akan dijalankan secara rutin.
“Kami berharap perguruan Kyokushinkai ini terus berkembang dan maju, biar anak-anak semakin baik,” ujarnya.
Kyokushinkai, ujar Dicky merupakan aliran karate yang didirikan oleh Masutatsu Oyama. Aliran ini menekankan latihan fisik dan full-contact kumite, yakni latih-tanding (sparring) tanpa pelindung. Kyokushin memiliki arti kebenaran tertinggi. “Kurikulum Kyokushin menekankan pada pertarungan realistik dan kekuatan fisik,” paparnya.
Yohannes Don Bosco Sowa Wasit atau Juri Kejuaraan Nasional (Kejurnas) I.K.O Federation International Karate Kyokushinkai (FIKK) mengatakan, kompetisi ini dijalankan secara sportif dengan melakukan penilain gerakan, kemantapan, dan ketepatan. “Jadi kita tidak melihat asal perguruannya,” ujarnya.
Eddy Wahyudi, SH. MSi Dewan Pengawas Star of Kyokusinkai menambahkan, kompetisi Kyokushinkai ini dilakukan secara nasional. Tujuannya untuk melihat perkembangan anak didik diperguruan karate ini. “Ini dilakukan untuk mkeningkatkan kualitas perguruan,” katanya.
Jajaran penilai dalam Kejuaraan nasional Kyokushinkai yang dilaksanakan di Kota Surabaya dengan jumlah peserta mencapai 175 orang dari seluruh Indonesia. Foto iNewsSurabaya/arif
Menurutnya, sistem kyokushin memang sangat keras, tetapi dalam gerakannya diatur dengan baik. “Seringkali kita lihat karateka yang hanya menyerang dengan serangan yang kaku dan sangat monoton. Pukul, pukul, tendang. Pukul, pukul, tendang. Teknik yang benar adalah melancarkan serangan dengan efektif, dan tidak asal obral serangan,” paparnya.
Eddy mengatakan, ada banyak alasan karateka lebih suka memukul daripada menendang. Karena berkaitan dengan stamina, ketika memukul, bobot tubuh yang harus digerakkan hanyalah lengan, sedangkan jika tendangan, maka yang harus digerakkan adalah seluruh kaki dan sedikit badan.
Tenaga untuk melakukan tendangan bisa antara 2-4 kali dari pukulan. Kemudian kecepatan serangan dengan tangan lebih baik, karena selain posisi tangan dekat dengan tubuh lawan, karena posisi tangan lebih dekat dengan tubuh lawan dan lebih cepat dilontarkan.
“Untuk itu, semua unsur yang ada di Kyokushinkai ini dikompetisikan supaya bisa mengetahui dengan baik perkembangan anak didik,” jelas Eddy.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait