Selain itu, seorang tagger harus jeli mengamati punggung manta. Terkadang, tegger sudah jauh berenang dan mendekati Pari Manta, ternyata sudah terpasang tag akustik.
Speedboat yang lewat dengan kecepatan tinggi juga menjadi salah satu kendala. Seperti yang terjadi di dalam Lagoon Wayag. Ketika tagger sudah suiap menancapkan tag akustik, ternyata Pari Manta lari lantaran ada speedbot.
Om Manu menjelaskan, memasang tag akustik, terutama di Lagoon Wayag tidak bisa dilaukukan sendiri. Ia membutuhkan tim untuk mengamati gerakan manta anakan dengan bantuan drone.
"Kita cari Manta seperti tadi pakai Drone. Kita cari Manta nya dulu, baru bisa dapat kita tolong pelan-pelan, sambil ikut kegiatan Manta dimana. Pokoknya sampai posisi yang pas, langsung Tag," ungkapnya.
Sebagai pecinta Pari Manta, Om Manu tidak pernah merasa lelah atau menyerah dalam menjaga kelestarian Habibat Pari Manta. Meksi harus berada di air hingga berjam-jam dengan berbagai resikonya, pria 32 tahun dari UPTD BLUD KKP Kep. Raja Ampat tersebut akan mengabdikan dirinya demi menjaga kelestarian alam Raja Ampat.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait