Peperangan Tersadis Dalam Sejarah Indonesia Tandai Hari Jadi Banyuwangi

Oktavianto Prasongko
Monumen peringatan perang puputan Bayu, yang berada di Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi. (Foto: MPI)

Pangeran Jagapati lahir dengan nama Mas Rempeg, lahir di Pakis, Blambangan 1740-an hingga 1750-an, meninggal di Bayu, Blambangan, 19 Desember 1771, yang merupakan pemimpin Perang Bayu atau juga dikenal dengan Pemberontakan Jagapati pada saat VOC mulai menduduki Blambangan.

VOC mengerahkan 10 ribu pasukan dilengkapi senjata canggih termasuk alat-alat berat untuk menghadapi itu. VOC dalam hal ini sebenarnya merugi, mereka menghabiskan 8 ton emas untuk membiayai perang. 

Ternyata apa yang dikeluarkan tidak sepadan denga napa yang didapat. Blambangan tidak memberikan keuntungan yang signifikan bagi Belanda selama berkuasa di Indonesia. 

Puputan Bayu adalah perang besar-besaran di tanah Banyuwangi. Serangan pejuang Bayu yang mendadak membuat pasukan VOC terdesak. Saat itulah pasukan VOC banyak yang terperosok dalam jebakan yang dinamakan sungga yaitu parit yang di dalamnya dipenuhi sunggrak yang telah dibuat oleh pejuang Bayu. 

Belanda menyatakan serangan ini sebagai kehancuran pasukan kompeni. Pertempuran berakhir dengan kemenangan pasukan Pangeran Jagapati. Pemimpin VOC, Vaandrig Schaar dan Cornet Tinne tewas dan ratusan prajurit dari Madura yang dibawa VOC juga nyaris tanpa sisa.

Setahun kemudian harga yang mahal harus dibayar pengorbanan besar-besaran oleh Blambangan. Tentu saja tekad besar itu sudah diperhitungkan sebagai konsekuensi akan mengikuti hal itu, akan tetapi itulah keputusan yang sudah dibuat oleh para kesatria dan rakyat Blambangan. 

Editor : Ali Masduki

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network