Lebih dari itu, bahwa Seni Jaranan dan Bantengan adalah kamuflase dari Seni Beladiri. Pada Zaman penjajahan, kesenian tersebut pernah dilarang oleh Belanda.
"Jadi, seni tersebut juga sebagai wadah pelestarian kesenian Pencak Silat yang indah, ramah dan melindungi," terangnya.
Kembang-kempis Kesenian Jaranan Kala Pandemi Covid-19
Menurut semut, di Jawa Timur terdapat banyak paguyuban jaranan atau bantengan yang masih mampu menunjukkan eksistensinya di tengah masyarakat.
Lebih lanjut ia menjelaskan, Fungsi dari paguyupan adalah sebuah ruang untuk melstarikan budaya dan seni taradisi jaranan dan bantengan sebagai warisan leluhur bangsa Jawa, harus dijaga dan diwariskan kepada generasi muda agar tetep lestari.
Semut menyebut, salah satu entitas yang masih aktif adalah paguyuban WALUYO JATI, Pimpinan Bopo Cholis dari kabupaten Sidoarjo
Mereka terus berusaha menyalakan api eksistensinya. Akan tetapi kondisinya tampak kembang kempis dihajar pandemi Covid-19.
"Bagaimana tidak kembang kempis? secara kuantitas jumlah pementasan sangat menurun darastis karena tersandera PPKM yang berjilid-jilid," ungkap Semut.
Belum lagi, beberapa dari seniman jaranan atau bantengan juga harus kehilangan mata pencaharian utama mereka karena pandemi. "Ini kan sangat merisaukan," ucapnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait