Warga Nahdliyyin di Surabaya tahu hal ini. Karena ini NU yang di Surabaya. Kelihatannya memang spesial. Banyak _nuansa conflict of interest_ di sini. Seperti kita ketahui, Surabaya tempat berkantornya Pengurus Wilayah NU dan banyak pimpinan tertinggi NU yang berkepentingan dengan Surabaya.
Penunjukan pengurus definitif, meski dengan masa khidmat terbatas, potensial menyisakan masalah. Sayang sekali ini dilakukan untuk NU di Surabaya. Sehingga sangat beralasan jika KH. Abdus Salam Sochib mengkhawatirkan akan hilangnya kepercayaan awam terhadap kepemimpinan ulama, yang lazimnya bersikap arif dan menjaga nidham.
Memang bisa saja pengurus yang baru nantinya membuat MWC-MWC dan ranting-ranting NU yang baru. Bahkan dengan cara yang sama, *"penunjukan"*. Karena klaim atau Dhon bahwa MWC ini orangnya si itu, ranting ini orangnya si ini dan karena sudah dibentuk pada timing status quo. Pasal yang digunakan tentu bisa berulang, yaitu "kewenangan" membentuk. Tapi apakah akan dibiarkan konflik itu akan merambah ke level grass root NU ?.
Publik Surabaya juga tahu. Mereka juga sudah menyaksikan, bahwa geliat NU di Surabaya selama ini sudah cukup baik. Lumayan lah, kalau tidak bisa disebut di atas lumayan. Meskipun tentu masih harus terus ditingkatkan.
Lalu apakah fakta ini akan dikorbankan untuk memenangkan ego tertentu ?. Jangan sampai kebijakan terhadap NU di Surabaya jadi bumerang. Para Nahdliyyin dan pecinta NU tentu tidak ingin ini terjadi.
Penulis :
Abdul Maliq
Ketua MWCNU Gayungan Surabaya
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait