SUKABUMI, iNews.id - Menteri Sosial Tri Rismaharini mendatangi rumah bocah penderita Hidrosefalus di Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi. Mantan Wali Kota Surabaya ini ingin supaya bocah penderita Hidrosefalus dilakukan pengobatan hingga sembuh.
Kedatangan Risma membuat Rosita, ibu sang bocah sanat gembira. Saking senengnya, ita tak dapat membendung air mata karena didatangi Mensos Risma. Risma hadir untuk mengetahui dari dekat kondisi anak kedua Rosita, M. Parhan Kulyubi yang tergolek di tempat tidur karena mengalami hidrosefalus.
Dengan duduk di atas karpet, Mensos Risma mulai berbincang dengan Rosita, orangtuanya dan anggota keluarga. Mensos bertanya tentang kondisi Parhan dan riwayat pengobatannya. Termasuk juga bagaimana Rosita banting tulang menghidupi keluarga.
Kepada Mensos Risma, Rosita menceritakan kondisinya sebagai orangtua tunggal dari dua anak. Sehari-hari, perempuan 36 tahun itu bekerja sebagai buruh cuci motor dekat rumah, dan terkadang mengojek.
"Saya nyuci motor bu. Kadang-kadang juga ngojek," katanya kepada Mensos Risma.
Tuntutan untuk menghidupi keluarganya dengan bekerja di luar rumah, membuat anak pertamanya Silvi Puspasari (14), harus menunggui adiknya, Parhan Kulyubi (4).
"Ibu minta apa? Bekerja yang ibu bisa sambil menunggui anak?" Mensos bertanya. "Ya bantuan warung saja bu." Jawabnya. "Ya saya bantu. Nanti rumahnya direnovasi untuk usaha warung. Saya bantu juga ternak ayam petelur ya. Jadi nanti telurnya bisa untuk dimakan," kata Mensos.
Kepada Mensos Risma, Rosita menceritakan, awal mula kondisi putranya. Ia menyadari hal berbeda pada putranya pada saat Parhan berusia 5 bulan. Saat pemeriksaan rutin di Posyandu, dan diukur lingkar kepalanya, Parhan kedapatan ukuran kepalanya di atas normal.
Petugas Posyandu menyarankan agar Rosita memeriksakan Parhan ke Puskesmas atau rumah sakit. "Saya pernah membawa Parhan berobat dan sudah pernah dioperasi pada saat berusia 14 bulan," kata Rosita kepada Mensos.
Menurut hasil pemeriksaan dokter, ditemukan adanya cairan di kepala Parhan tahun 2019. Selanjutnya, Rosita merasakan ada yang berbeda dari fisik putranya, seperti timbulnya bercak putih-putih pada kornea mata. Pengobatan Parhan kemudian tidak bisa berlanjut, karena karena terkendala biaya. "Kartu BPJS saya diblokir karena menunggak," katanya.
Atas keterangan Rosita dan keluarga dekat, Mensos meminta aparat desa dan dinas sosial memastikan nama Rosita masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) agar bisa mendapatkan bantuan sosial. "Kita akan berikan bantuan sosial PKH dan BPNT. Kemudian juga diberikan modal usaha warung," kata Mensos.
Dalam pertemuan tersebut, keluarga juga menyetujui tawaran Mensos yang akan membawa Parhan ke Jakarta, untuk menjalani pengobatan dan terapi. "Parhan masih bisa disembuhkan. Harus cepat diobati," kata Mensos.
Melalui Balai Phala Martha Sukabumi, Kemensos telah melakukan sejumlah langkah intervensi untuk membantu Rosita. Yakni dengan memberikan bantuan atensi berupa dukungan pemenuhan hidup layak yang terdiri dari: beras, telur, minyak, kecap, tepung terigu, kacang hijau, gula merah, susu, biskuit, makanan ringan, kasur, selimut, bantal dan mainan anak.
Balai Phala Martha juga memberikan dukungan psikososial kepada Rosita agar tetap semangat, dan tabah dalam menjalani segala tantangan. Petugas balai juga berkoordinasi dengan desa dan kecamatan untuk pengaktifan kembali BPJS yang sudah diblokir, dan dengan perawat dan dokter terkait kebutuhan pengobatan yang terbaik untuk Parhan.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait