Meski demikian, Naning mengingatkan kepada para tenaga pendidik di Surabaya. Sebab, mereka turut menjadi bagian dalam upaya pencegahan kekerasan terhadap anak untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
Maka dari itu, Naning mengajak para guru agar memastikan anak-anak tetap bersekolah dalam rangka untuk mencegah pekerja anak. Termasuk anak dari perdagangan manusia, perkawinan dini, maupun bentuk kekerasan anak lainnya.
“Ini merupakan bagian dari upaya yang bisa dilakukan di tingkat sekolah dengan mencegah anak-anak mendapatkan perlakuan yang buruk,” tegasnya.
Sebab, menurutnya, Kota Surabaya tengah berproses menuju Kota Layak Anak telah menyediakan akses layanan pendidikan dan kesehatan ramah anak. Bahkan layanan ketahanan keluarga melalui Puspaga (Pusat Pembelajaran Keluarga) telah sampai di tingkat RW.
Selain itu, Kota Surabaya juga mendirikan Rumah Anak Prestasi sebagai tempat pengembangan bakat dan minat pada anak disabilitas.Serta, pemberian bantuan layanan hukum bagi anak yang berhadapan dengan hukum.
“Sistem perlindungan anak harus kuat, maka partisipasi untuk perubahan perilaku sosial juga harus dilibatkan,”katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-P2KB) Surabaya, Ida Widayati menyampaikan, bahwa UNICEF bersama FAS saling berbagi ilmu tentang perlindungan dan pencegahan kekerasan terhadap anak.
“Kegiatan ini merupakan bagian dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2023. Ini sudah seri ketiga digelar oleh FAS dengan mengundang UNICEF dalam membahas upaya perlindungan anak. Sebab, sampai usia 18 tahun mereka memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan,” pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait