SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Conference of the Parties-26 (COP26) yang diadakan di Glasgow, Skotlandia pada 31 Oktober - 12 November 2021 menjadi panggung utama bagi negara-negara di dunia dalam mempertegas tindakan kolektif menghadapi krisis iklim yang semakin mengkhawatirkan. Acara ini dianggap sebagai momen penting untuk menilai dan merevisi komitmen yang telah diambil dalam perjanjian global sebelumnya, serta mengidentifikasi solusi baru yang lebih ambisius dan efektif. Salah satu kunci isu yang harus dihadapi dalam COP26 adalah peningkatan ambisi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca.
Sejak penandatanganan Persetujuan Paris pada tahun 2016, banyak negara yang telah berusaha untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan dampak perubahan iklim seperti peningkatan cuaca ekstrem, naiknya permukaan air laut, dan penurunan biodiversitas. Mitigasi iklim yang berdampak pada kerugian ekonomi merupakan momentum kritis bagi para pemimpin dunia untuk berkomitmen dan mengambil tindakan yang lebih kuat dan terarah. Namun, pada kenyataannya menunjukkan bahwa upaya saat ini masih jauh mencapai target yang diperlukan untuk membatasi kenaikan suhu global menjadi di bawah 1,5 derajat celsius di atas level pra-industri.
Keterlibatan bidang Ilmu Teknik Elektro menjawab kebutuhan masyarakat dalam solusi alternatif serta menunjukkan komitmen kuat sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) ramah lingkungan demi mengurangi penggunaan energi fosil, menuju energi terbarukan dan rendah karbon guna sebagai perluasan penggunaan energi terbarukan, meningkatkan efisiensi energi, dan mendorong inovasi teknologi yang berkelanjutan.
Program Studi Teknik Elektro berperan vital dalam mengoptimalkan efisiensi energi, dan mendorong inovasi teknologi dalam mengembangkan energi baru terbarukan yang berkelanjutan. EBT juga menjadi salah satu mata kuliah yang menarik pada Program Studi Teknik Elektro Untag Surabaya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait