"Proses belajar tidak mengenal batasan usia. Namun, terkadang ada perasaan keterlambatan dan kurang semangat. Namun, dengan belajar bersama seperti ini, kami saling memberikan dorongan untuk terus belajar," jelasnya.
Rahadyan, anak Yekti, memiliki pandangan serupa dengan ibunya. Dia merasa bangga menjadi alumni Unesa dan merasakan kemudahan dalam menghadapi perkuliahan daring maupun tatap muka.
"Hal ini memberi kami fleksibilitas dalam belajar dan mengatur jadwal praktik sebaik mungkin. Melalui ibu, saya bisa beradaptasi dengan baik terhadap proyek atau tugas-tugas kuliah yang diberikan oleh dosen," ungkapnya.
Rahadyan menjelaskan bahwa kesuksesan ini berkat dukungan keluarga dan komitmen bersama ibunya. "Ibu saya sangat mendukung dan selalu terbuka. Saya sering berbicara apa saja kepada ibu. Dia terus memberikan motivasi. Hal ini membuat saya memiliki tekad dan komitmen kuat untuk belajar dan menyelesaikan studi bersama," ujarnya.
Rahadyan yakin sepenuhnya bahwa dengan mengikuti keinginan ibunya, segala rintangan akan teratasi. Terlebih lagi, keinginan ibunya tidak lain adalah melihat anaknya sukses dan bahagia.
"Saya yakin tidak ada salahnya untuk mengikuti keinginan ibu. Ini juga untuk kebaikan saya dan orang tua. Belajar adalah kewajiban seumur hidup," tutup Rahadyan.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait