MALANG, iNewsSurabaya.id - Perawatan paliatif di Indonesia menjadi kebutuhan mendesak. Kondisi ini terjadi seiring meningkatnya angka harapan hidup dengan konsekuensi meningkatnya beberapa penyakit.
Diantaranya penyakit kanker dan degeneratif hingga penyakit yang mengancam jiwa lainnya seperti HIV/AIDS. Melihat hal itu, Masyarakat Paliatif Indonesia resmi dikukuhkan di Malang Raya, mencakup Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu.
Ketua Masyarakat Paliatif Indonesia Malang Dr dr Ristiawan Mujilaksono Sp.An-TI Subsp.M.N (K) FIPP mengatakan, perawatan paliatif untuk kondisi pasien-pasien yang terminal, pasien end of life, hingga dying di proses fase akhir.
"Nanti sekretariat Masyarakat Paliatif Indonesia di Malang ini akan ada di RSUD Dr Saiful Anwar Malang. RSUD Dr Saiful Anwar sudah memberikan lampu hijau," kata dokter yang akrab disapa Wawan itu.
Dalam peresmian Masyarakat Paliatif Indonesia Cabang Malang, komunitas, care giver, hingga medis dan para medis ikut hadir. Para care giver atau relawan paliatif serta berbagai komunitas itu juga mendapatkan wawasan baru.
Wawan menyampaikan, ada dua pembicara yang ikut hadir dalam pelantikan Masyarakat Paliatif Indonesia Malang. Pertama, dr H Agus Ali Fauzi PGD PallMed (ECU) selaku ketua Masyarakat Paliatif Indonesia yang turut memberikan edukasi mengenai perawatan paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Lalu, kedua, Dr dr Shinta Oktya Wardhani SpPD KHOM yang memberikan edukasi tentang tata laksana komperehensif nyeri kanker.
"Tujuan pemberian edukasi ini supaya teman-teman care giver hingga komunitas paliatif yang ada bisa tahu penanganan atau perawatan holistik untuk kelompok paliatif," tutur alumnus program spesialis anestesi Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia itu.
Wawan mengungkapkan, pihaknya juga bercita-cita untuk menyediakan hospice untuk pasien-pasien paliatif. Dokter yang pernah mendapatkan penghargaan Satyalencana Karya Sapta 10 tahun dari presiden itu menilai, hospis akan bermanfaat bagi pasien paliatif.
"Hospice ini semacam rumah shelter atau rumah singgah untuk mereka. Kemarin, saya sudah dapat lokasi rumahnya tapi harganya lumayan, saya masih cari cara bagaimana mengumpulkan dananya," ungkapnya.
Wawan menyampaikan, hospice bisa digunakan oleh banyak pihak-pihak dengan peran yang berbeda-beda. Seperti di dalam hospice akan ada agamawan, caregiver, mantan survivor kanker atau penyakit tertentu, tim pendamping yang bisa membantu mengajari pasien paliatif berkegiatan positif misalnya menyulam, lalu ada psikolog, hingga dokter dan perawat.
"Jadi nanti di hospice disediakan ruang khusus beribadah. Peran agamawan yang merupakan bagian dari paliatif care. Situasi hospice dengan rumah sakit jelas berbeda, kalau hospice lebih homey," imbuh Wawan.
Sementara itu, Dokter H Agus Ali Fauzi PGD PallMed (ECU) selaku ketua Masyarakat Paliatif Indonesia mengatakan, saat ini, kondisi pasien paliatif di Indonesia terus meningkat. Terutama pasien paliatif dengan kanker.
"Dan perawatan paliatif ini memang tidak melulu soal kanker. Ada juga terkait gagal ginjal, hepatitis, hingga HIV/ AIDS. Sehingga pembentukan Masyarakat Paliatif Indonesia di Malang ini saya rasa patut menjadi contoh wilayah-wilayah lain juga," ungkap dr H Agus Ali Fauzi.
Mantan Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko tampak hadir pula dalam pelantikan Masyarakat Paliatif Indonesia Malang raya itu. Dewanti mengapresiasi pembentukan Masyarakat Paliatif Indonesi tersebut. "Sebenarnya, kalau di Batu, kami sudah bergerak sejak 10 tahun lalu. Kami aktif dalam sosialisasi hingga membantu pasien-pasien paliatif. Ke depannya, kami bakal mantab kembali untuk berkolaborasi dalam Malang raya ini," ucapnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait