Api Biru, Nafas Panjang UMKM di Kampung Kue Surabaya

Ali Masduki

API BIRU, begitu disebut. Itu merupakan warna api yang keluar dari kompor yang menggunakan bahan bakar gas bumi. Nyala api yang stabil, irit, lebih bersih dan ramah lingkungan, menjadikan tingkat kematangan setiap kudapan yang dimasak lebih merata.

Kehadiran gas bumi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), Subholding Gas PT Pertamina (Persero) ini tak hanya menjadi pelengkap kehadiran negara di masyarakat. Aliran energi baik itu mampu mengubah landskap kehidupan masyarakat, termasuk para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Seperti di Kampung Kue Surabaya, Jawa Timur. 

Meskipun berada di gang kecil dan padat penduduk, namun denyut perekonomian di kampung yang terletak di Rungkut Lor Gang II, RT.04/RW.05 Surabaya tersebut begitu terasa. Aroma jajanan khas mulai dari gorengan hingga kue tradisional sudah tercium sejak tengah malam. 

Sejak pukul dua dini hari, pelaku usaha yang didominasi oleh ibu-ibu pekerja rumahan itupun mulai memproduksi beragam kue tradisional seperti bikang, lemper, dadar gulung, pastel, bolu pisang, onde-onde hingga beragam jenis jajanan pasar lainnya.

Tujiyah misalnya. Sejak pukul 01.30 WIB, perempuan 62 tahun ini terlihat sibuk menyiapkan adonan jajanan tradisinal. Beberapa bahan kue ia tata tidak jauh dari tungku yang dialiri gas bumi. Ada 4 tungku yang masing-masing digunakan untuk memasak kue berbeda. Tujiyah sendiri terkenal dengan produk tahu fantasinya. 

Warga Kampung Kue ini mengaku, ia sudah memanfaatkan gas bumi sejak jaringan gas PGN masuk ke tempat tinggalnya. Bagi Tujiyah, aliran gas dari Subholding Gas PT Pertamina ini menjadi energi baik bagi keberlangsungan usahanya. Terlebih bisa dialirkan ke beberapa kompor dan api tetap stabil.

"Alhamdulillah sekarang gak kawatir kehabisan gas. Kan kalau tengah malam gini, jika gas habis kemana kita belinya. Toko-toko kan sudah tutup," ungkapnya mengenang masa sebelum ada jargas di Kampung Kue.

Terkait tagihan gas, Tujiyah tidak begitu mempersoalkan berapa besar biayanya. Mengingat usainya yang tidak lagi muda, jika harus mengangkat tabung LPG juga tidak mudah. Disisi lain, jika pesanan kue banyak, pulang pergi ke toko untuk membeli LPG cukup memakan waktu.

"Kalau dibandingkan elpigi sebenarnya gak beda jauh. Cuma pas bayar aja terasa, soalnya kan bayarnya bulanan. Tapi pakai gas PGN ini lebih tenang," ucapnya.

Untuk membayar tagihan, PT PGN Tbk sebagai Subholding Gas Pertamina terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanannya ke masyarakat. Salah satunya dengan memberikan kemudahan pembayaran tagihan gas bumi PGN. 

Saat ini sudah banyak saluran untuk pembayaran tagihan bulanan. Para pelanggan bisa melakukan pembayaran melalui beberapa saluran seperti Bank BRI, BNI, BTN dan Bank Mandiri, juga Alfamart, Alfamidi, Kantor POS Indonesia, Pegadaian dan loket PPOB terdekat seperti halnya pembayaran Listrik dan Air. 

Tersedia pula di marketplace dan aplikasi pembayaran seperti Tokopedia, Linkaja, dan Go Tagihan (Go-jek). PGN juga sudah meluncurkan fitur Gas Point untuk pelanggan rumah tangga dan pelanggan kecil pada aplikasi PGN Mobile. Peluncuran Gas Point berbarengan dengan peringatan Hari Pelanggan Nasional yang jatuh pada 4 September 2023.

Itulah sepenggal cerita api biru nafas panjang UMKM di Kampung Kue Surabaya. Aliran gas PGN yang mengalir ke petak-petak rumah menjadi nafas baru, menyelamatkan kantong rejeki dan menyebar benih harapan bagi ekonomi nasional.

Editor : Ali Masduki

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network