Semenara itu, Tahta Alvina, mengungkapkan, setelah dilakukan penenitian ternyata hasil penelitian tidak hanya mengetahui total kelimphan saja. Melainkan juga jenis mikroplastik yang ditemukan.
"Persentase jenis mikroplastik pada sampel sedimen dan air yang paling banyak terdapat pada jenis fragmen, dan yang paling sedikit ada pada jenis foam," ungkapnya.
Dalam hal ini sebaran mikroplastik dominan pada jenis fragmen, pada sampel sedimen sebesar 54% dan sampel air 47%.
Mikroplastik jenis fragmen diduga berasal dari dari botol-botol, bungkus plastic, dan potongan pipa paralon. Mikroplastik jenis fiber diduga berasal dari kain sintesis, jaring ikan dan tali pancing. Sumber mikroplastik bertipe filamen berasal dari kemasan makanan dan jenis foam berasal dari styrofoam.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa sampah – sampah domestik yang dibuang di pesisir perairan maupun yang terdampar akan menyebabkan timbulnya mikroplastik.
"Kondisi ini relative dengan tidak adanya tempat sampah dan pengankutan sampah. Hal ini juga diperparah dengan aktivitas nelayan maupun kapal penyebrangan yang juga menghasilkan sampah seperti jaring dan tali pancing rusak langsung dibuang ke dalam perairan. atau limbah rumah tangga menyebabkan pencemaran pada lingkungan terutama pada laut," beber Tahta.
Ia kawatir, dampak mikroplastik pada lingkungan dan biota di lautan akan dapat mengancam ekosistem laut dan timbul berbagai penyakit.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait