SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Koordinator Posko Pandegiling Surabaya membangkitkan kembali aktifis Pro Mega (Promeg) sebagai representasi menyikapi situasi politik yang dinilai tidak baik-baik saja.
Barisan ProMeg sebagai barisan ‘wong cilik’ pendukung Megawati Soekarnoputri memiliki kekuatan kultural dari Partai PDI Perjuangan yang tentu memiliki nalar bepolitik yang tak kalah rasional dari praktik politik yang digerakkan oleh elite di masa orde baru.
"Yang saat ini menjelma sebagai kekuatan oligarki, dimana praktik oligarki ini tengah menjelma dalam kepemimpinan klik politik Presiden Jokowi di istana negara," terang Koordinator Posko Pandegiling Surabaya, Jagad Hariseno dalam keterangan resmi, Selasa (19/12/2023).
Diterangkan Jagad Hariseno, prasyarat dari oligarki adalah terjadinya konsentrasi penguasaan elite atau liberalisasi atas sumber daya ekonomi maupun politik dari dan untuk segelintir orang.
Partai politik pun sebagai entitas ideologi dan politik, dalam instrumen demokrasi hanya dipandang sebagai alat saja untuk menentukan dan mengendalikan penguasaan ekonomi politik dari segelintir orang. Begitu juga dengan konstitusi ternyata bisa dipermainkan atau dirakayasa untuk memuluskan hasrat dan kehendak berkuasa.
"Dan itu tergambar dalam pemerintahan Jokowi yang menyerupai praktek orde baru di era Presiden Suharto,” ujar putra sulung dari tokoh politisi gaek PDI Perjuangan Ir.Sucipto ini.
Bagi Mas Seno (Jagad Hariseno), bahwa praktik rekayasa hukum maupun politik inilah, yang menyinggung banyak kelompok, juga kalangan rakyat di akar rumput merepresentasi dirinya dari kelangan politik “wong cilik”.
Posko Pandegiling, sebagai salah satu gerakan politik yang menggerakkan akar rumput “wong cilik” saat bercokolnya pemerintahan rezim Suharto, saat ini tak bisa berdiam diri.
Apa yang sudah dilakukan oleh klik politik Presiden Jokowi saat ini tidak lagi menjadi pendidikan politik yang baik bagi rakyat yang ada di akar rumput.
Bahkan, boleh dikatakan sebagai bagian dari politik yang tak lagi bermoral. Yang tidak lagi selaiknya dijadikan patokan dalam membangun kesadaran poltik di akar rumput. Padahal Ibu Mega (baca:Megawati Sukarnoputri) yang selama ini mengajarkan politik dengan kultur akar rumput atau wong cilik tak lagi diindahkan oleh Jokowi.
Jokowi tengah mencederainya dan membangun klik poliitknya sendiri bersama penjahat HAM dan kroninya. "Maka kami di akar rumput akan berposisi berhadapan dengan kekuatan klik politik yang dibangun oleh Jokowi bersama kroninya apapun resikonya,” kata Mas Seno.
Salah satu bentuk protes yang dilakukan barisan ProMeg, dikatakan Mas Seno (Jagad Hariseno), yakni menggelar mimbar bebas bertajuk: Megawati Memanggil. Kegiatan tersebut digelar di halaman Posko Pandegiling setiap akhir pekan.
Akhir pekan kemarin, mimbar bebas perdana sudah digelar dan dihadiri ratusan masa dari aktifis ProMeg. Baik kalangan tua maupun muda
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait