Seiring sejalan, Ngalup Collaborative Network (Ngalupco) juga menggencarkan hal serupa. Sebagai talent pool dan program akselerator, sister company Jagoan Hosting ini juga mewadahi mahasiswa maupun santri yang ingin beradaptasi dengan digitalisasi.
Seperti program Pesantren Digital yang berkolaborasi dengan XL Axiata. Kegiatan ini diikuti oleh 313 peserta dari 128 pesantren di seluruh Indonesia. Para santri diajak untuk menjadi content creator dengan memanfaatkan media sosial yang dimiliki sebagai media dakwah.
CEO Ngalupco, Andina Paramitha menambahkan, adapun materi yang diberikan dibagi dalam dua tahapan. Pertama, yaitu pre yang terdiri dari youtube principals, content planning dan optimizing the channel.
Kedua, yaitu execution yang terdiri dari content execution, youtube on air, editing & publishing dan performance review. Kemudian, ada materi tambahan, yakni idea of making website dan launch your website.
“Tak hanya memberikan materi, kami juga memberikan tugas individu dan tugas kelompok bagi para santri. Tujuannya, sebagai latihan untuk bekerjasama yang baik dalam tim dan saling mengenal antar pesantren. Jadi, bisa sharing knowledge juga,” lanjut dia.
Selain itu, Ngalupdotco juga menggeber kegiatan bertajuk Global Student Entrepreneur Award (GSEA). Saat ini, sudah ada 625 peserta roadshow dan 85 pendaftar dari seluruh Indonesia yang mengikuti program ini.
“Kegiatan ini merupakan kompetisi global bagi wirausahawan mahasiswa yang menjalankan bisnis secara aktif. Kompetisi ini khusus diberikan kepada para mahasiswa yang berwirausaha atau membangun bisnis sambil meneruskan pendidikannya,” papar perempuan yang akrab disapa Andien ini.
Melalui kompetisi ini, mampu membangun dan memperkuat ekosistem entrepreneur di Indonesia. Bahkan, menjadi kesempatan emas bagi mahasiswa yang berwirausaha dan tetap meneruskan pendidikannya untuk mendapatkan pembelajaran, pengalaman serta network untuk membangun bisnisnya.
GSEA juga mendalami topik atau keahlian tertentu. Tujuannya, untuk mempercepat scale up bisnis. Sehingga, peserta diharapkan dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja dengan cara mendukung entrepreneurs untuk dapat menjalankan bisnisnya dengan lebih berkelanjutan.
Tahun ini, Ngalup Collaborative Network kembali dipercaya oleh EO GSEA untuk mengeksekusi kompetisi tersebut. Jika sebelumnya kompetisi ini hanya dijalankan di wilayah bagian timur Indonesia. Pada tahun ini juga Ngalup Collaborative Network mendapatkan kepercayaan untuk melaksanakan program di wilayah barat dan timur Indonesia.
Kemudian, juga ada program bersama SMK Telkom Malang bertajuk Moklet Youth Digitalent. Pada kesempatan ini, setidaknya ada 400 peserta didik dari SMK Telkom Kelas XII mendapatkan pembekalan materi sesuai dengan minatnya masing-masing. Tujuannya, agar lebih siap saat terjun di dunia industri.
“Kami memberikan kesempatan kepada mereka untuk mendapatkan pelatihan berupa praktik selama satu bulan,” papar dia.
Sepanjang tahun ini, Ngalup sudah menyelenggarakan sebanyak 180 event dengan jumlah pembicara lebih dari 82 orang dan 27 partners yang terlibat.
Tak hanya membantu digitalisasi pendidikan, Beon Intermedia juga membantu pelaku UMKM agar lebih aware terhadap merek usaha. Melalui entitas bernama Mebiso.
Platform ini merancang Trademark Analyzer dengan mengadopsi artificial intelligence (AI) yang memudahkan pelaku usaha untuk mengetahui dan lebih meyakinkan seberapa besar prosentase keberhasilan merek yang akan didaftarkan.
Saat melakukan pengecekan merek, pelaku UKM akan mendapat Dokumen Hasil Analisis (DHA).
“DHA ini mampu mengukur prosentase keberhasilan pendaftaran merek. Pelaku usaha yang belum mendaftarkan mereknya bisa melakukan pengecekan terlebih dahulu. Setelah mendapatkan hasil DHA, jika hasilnya lebih dari 40 persen, bisa melanjutkan untuk daftar merek. Jika kurang dari itu, disarankan untuk ubah nama mereknya dahulu agar tak ditolak saat daftar,” terang Hesti Rosa, CEO Mebiso.
Sejak bulan Mei hingga Desember 2023, tercatat ada 2.930 pelaku UKM yang memanfaatkan DHA untuk melakukan pendaftaran merek. Sementara, jumlah UKM yang melakukan pendaftaran merek sekitar lebih dari 1.100 merek. Sedangkan, pelaku UMKM yang melakukan pengecekan merek sebanyak 225.928.
“Kami melakukan pengecekan merek secara real time. Sehingga, pelaku usaha bisa mendaftarkan mereknya dengan segera,” kata dia.
Selain itu, Mebiso juga menghadirkan fitur monitoring merek yang dapat membantu agar pelaku usaha tidak melewatkan perubahan status krusial untuk kesempatan mempertahankan mereknya dalam pemantauan.
Hesti menyebut, platform ini juga membantu pelaku usaha untuk menjawab kebutuhan perlindungan merek. Mulai dari tahap pra hingga pasca pendaftaran merek.
Tak hanya itu, Mebiso juga memiliki fitur proteksi atau perlindungan merek usaha. Dimana, pelaku UKM dapat melindungi mereknya berdasarkan kata kunci.
Platform ini dirancang secara komprehensif untuk mendukung pelaku usaha yang ingin melindungi originalitas merek usahanya. Kemudian, mendukung biro jasa dalam meningkatkan efektivitas dan kualitas layanan.
Tahun depan, Beon Intermedia dengan entitasnya akan terus menggencarkan edukasi untuk mendukung digitalisasi, baik bagi pendidikan maupun UMKM. Salah satunya, dengan mengadakan kegiatan offline maupun online.
BEON Intermedia merupakan holding company dari Jagoan Hosting, Ngalup Collaborative Network dan Mebiso. Kami telah dipercaya ratusan ribu pengguna di seluruh Indonesia untuk melakukan digitalisasi bisnisnya sejak 2007 dengan menyediakan hosting, domain, cloud & VPS yang stabil dan mudah digunakan.
"Selain itu, kami juga mendukung pelaku UMKM untuk melindungi merek bisnisnya dengan menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI)," tandasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait