Berhentinya jual minyak curah itu dimulai sejak pemerintahan menerapkan harga minyak curah 1 liter Rp 11.500. Menurutnya, apa yang dilakukan tersebut merupakan pilihan yang tepat untuk mengurangi pengeluaran dan kerugian.
"Hitung saja. Produsen belum buka harga baru. Masih pakai 18,500. Lalu kami harus jual Rp 14.000 per-liternya. Lalu kami nambal kerugian dari 4.500-5000 itu dari mana?," terangnya.
Saroni mengaku, setiap harinya dia membeli minyak ke produsen atau pihak pertama antara 18-36 ton. Apabila dikalkulasi, angka minimal, 18 ton per hari dengan tetap menjual 18.500, maka kerugian yang diterima mencapai Rp 90 juta.
Ia berharap, produsen minyak atau pihak pertama segera menyediakan harga minyak goreng dengan harga murah. Mengingat sebentar lagi bulan puasa. Disisi lain, kata dia, Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia melimpah
"Saya yakin minyak itu masih ada. Ladang sawit nggak turah-turah," tegasnya.
Anggota Asosiasi Pengusaha Pengemasan Minyak Goreng Indonesia ( APPMGI) ini menjelaskan, bahwa pihaknya tengah melakukan audiensi dengan kementerian untuk kedua kalinya.
"Agar apa yang kami rasakan juga didengar dan dilaksanakan. Soalnya ini menyangkut harkat orang banyak," jelasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait