Ribuan Jemaah Ikuti Haul Akbar ke-29 KH Abdul Wahab Turcham

Ali Masduki
Acara Haul ke 28 KH Abdul Wahab Turcham dihadiri ribuan jemaah. Mereka berasal dari keluarga besar Khadijah, warga dan jamaah Majlis Dzikir Maulidurosul Al Khidmah. Foto: iNewsSurabaya/Ali Masduki

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial (YTPS) NU Khadijah menggelar Haul Akbar ke-29 KH Abdul Wahab Turcham. Haul pendiri YTPS NU Khadijah ini dipusakan di komplek Sekolah Khadijah Wonorejo, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (25/2/2024). 

Acara Haul KH Abdul Wahab Turcham ini dihadiri ribuan jemaah. Mereka berasal dari keluarga besar Khadijah, warga dan jamaah Majlis Dzikir Maulidurosul Al Khidmah

Ketua Umum Yayasan Khadijah Prof. Ridwan Nasir menjelaskan, KH. Abdul Wahab Turcham adalah sosok yang mengajarkan arti keikhlasan dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru.

Sebagai seorang yang kali pertama mendirikan yayasan Khadijah, KH. Abdul Wahab Turcham adalah sosok yang dikenal sangat perhatian kepada murid-muridnya.

"Hampir seluruh murid beliau mengenal kebiasaan-kebiasaannya yang tiap hari selalu keliling untuk menyapa murid-muridnya," ungkapnya.

Prof. Ridwan Nasir menuturkan, sifat dan tauladan yang baik dari KH. Addul Wahab Turcham inilah yang menjadikan Yayasan Khadijah menghasilkan tokoh-tokoh yang berakhlakul karimah.

Yayasan Khadijah sendiri, kata dia, sudah lama berkecimpung di dunia pendidikan dengan berlandaskan ajaran Ahlussunah Wal Jamaah. Hingga kini Yayasan Khadijah telah berkembang menjadi lembaga pendidikan modern dan mencetak putra-putri bangsa yang pandai, baik dan benar.

"Dua unsur ini adalah penting, yang harus ditekankan pada generasi mendatang, apalah artinya pandai jika itu tidak benar, begitupun sebaliknya," tuturnya.

Prof. Ridwan menyebut, di era generasi Z ini, Yayasan Khadijah dengan lembaga pendidikan yang berbasis NU dan telah memiliki Pondok Pesantren Putra ini menerapkan filosofi berpola pikir yang dzikir, berpola sikap yang etis dan berpola tindak yang rasional.

Dengan demikian, lanjutnya, generasi-generasi yang dihasilkan menjadi generasi yang benar-benar mampu menjaga marwah Khadijah khususnya Marwah Islam.

Sosok KH. Addul Wahab Turcham juga menjadi suri tauladan bagi Khofifah Indar Parawansa. Dikutip dari berbagai sumber, Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024 ini juga mengajak masyarakat khususnya alumni dari lembaga pendidikan Khadijah, untuk terus mengamalkan apa yang telah diajarkan almarhum KH. Abdul Wahab Turcham.Menurutnya ajaran tersebut adalah pondasi kuat untuk kehidupan.

“Jadi kalau sekarang yang sudah alumni tidak boleh tidak hafal dan tidak boleh lupa. Jadi saya minta tolong apa yang diajarkan guru-guru kita itu pondasi yang kuat, Bulughulmaram itu pondasi yang kuat, Arbaun Nawawi itu juga pondasi kuat untuk ilmu ilmu dasar,” kata Khofifah.

Alumni sekolah Khadijah ini mengungkapkan, saat ini masih ada kitab-kitab lain yang diajarkan KH. Abdul Wahab Turcham sebagai pendiri dari yayasan dan lembaga pendidikan Khadijah. Di antaranya adalah kitab Aqidaul Awam. Apa yang diajarkan tersebut menunjukkan komitmen almarhum KH. Abdul Wahab Turcham dalam memberikan pondasi yang kuat pada seluruh muridnya untuk tetap berjalan pada ahlusunah wal jamaah.

“Itu pondasi yang ditanamkan oleh almarhum, mudah mudahan ilmu yang kita dapat semuanya manfaat dan barokah,” lanjut Khofifah.

Khofifah juga berpesan untuk tidak melupakan mendoakan para guru, agar terus bisa menyala keberadaan kita saat berada di masyarakat.

“Selama masih tersambung dengan guru kita, pasti akan mendapat berkahnya,” ucapnya.

Ia juga mencerita bahwa pernah belajar di Khadijah selama enam tahun, dia juga belajar langsung pada KH. Abdul Wahab Turcham.

“Saya murid yang sangat disayang oleh ustad Wahab Turcham. Karena badan saya gemuk dari SMP, maka beliau tidak pernah panggil nama Khofifah, dia panggil saya Sakila, si gemuk. Selalu beliau panggil Salika, baik waktu SMP maupun SMA,” ungkapnya.

Khofifah bilang, KH. Abdul Wahab Turcham selalu keliling kelas-kelas untuk mengatahui apakah ada kelas yang kosong atau tidak.

“Kalau ada kelas saya kosong, sudah pasti beliau panggil saya ke kantor dan di kantor itu sekaligus menjadi library-nya beliau. Maka, beliau tunjuk kitab-kitab itu, kamu mau belajar yang mana, saya selalu lihat yang tebal, dan yang tebal itu adalah munjit, padahal munjit itu kamus bahasa Arab,” kenang Khofifah. 

Editor : Ali Masduki

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network