Saat ini, ungkap Dey, perolehan suara demokrat sangat menjanjikan, bahkan demokrat bisa mengusung calon sendiri jika tren suaranya membaik. Namun strategi terjelek, demokrat bisa berpasangan dengan partai lain, seperti PKS atau PAN.
"Kalau sama PKS atau PAN, saya kira sudah bisa mengusung Wali kota sendiri," paparnya.
Meski begitu, Dosen Untag Surabaya ini menegaskan, butuh perjuangan yang cukup panjang, demokrat harus mulai membranding nama-nama yang memiliki potensi maju dalam pilwali.
Diantara nama-nama yang mampu bersaing sebagai calon Wali Kota Surabaya, ada Arumi Bachsin yang secara ketokohan merupakan artis dan sudah dikenal di masyarakat. Kemudian Herlina Harsono Njoto, sosoknya sangat familiar di Kota Surabaya. Bahkan ia tercatat mendapatkan suara sangat banyak dalam pemilihan DPRD Surabaya. Sementara Lucy Ketua DPC Surabaya juga dinilai layak maju, namun namanya masih belum mengalahkan Herlina ditingkat masyarakat.
"Kalau prediksi saya, nama yang layak dijual di Surabaya ada Arumi Bachsin, Herlina, dan Lucy. Yang lainnya butuh branding lebih kuat lagi," ujarnya.
Surabaya, lanjut dia, masih menganut sistem ketokohan. Jika mereka tidak dikenal masyarakat, sangat mustahil bisa dipilih. Persoalannya, apakah tokoh-tokoh ini mampu merangkul milenial dan Gen Z. "Pemilu kali ini sebagai background, pemilih terbanyak adalah milenial dan Gen Z. Mereka harus mampu membranding dan merebut hati mereka," papar Dey.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait