Aksi di Kanada, CoCaptain River Warrior Indonesia Tuntut Tanggungjawab Produsen Bungkus Plastik

Ali Masduki
Aeshnina Azzahra Aqilani membawa Spanduk Bertuliskan “ Stop Flooding ASEAN countries with Your Sachet, No More Plastic In my Mouth, Stomach, Lung and Blood dan Stop Feeding Us Plastik”. Foto/Dok Pribadi

Sybil Bullock, Manajer Kampanye Komunitas Global Break Free From Plastic menyebut bahwa studi ilmiah ini menegaskan apa yang telah dikatakan oleh para aktivis dan komunitas yang terkena dampak polusi plastik selama bertahun-tahun. 

"Semakin banyak plastik yang diproduksi, semakin banyak pula plastik yang ditemukan di lingkungan," sebutnya.

Menurut dia, para pencemar plastik seperti The Coca-Cola Company, PepsiCo, dan Nestlé terus gagal memenuhi komitmen sukarela mereka untuk mengurangi jejak plastik mereka. 

"Kita memerlukan Perjanjian Plastik Global yang mengikat secara hukum yang mengamanatkan pengurangan produksi plastik secara signifikan dan menghentikan perusahaan membanjiri bumi dengan plastik sekali pakai," ungkap Sybil Bullock.

Lebih lanjut Koordinator Kegiatan brand audit global ini menyatakan hasil kegiatan brand audit selama lima tahun ini menjadi bahan kajian penelitian yang menggunakan data brand audit yang dilakukan Break Free From Plastic dari 1.576 aksi brand audit di 84 negara. 

Audit merek adalah inisiatif  Citizen Science (ilmu pengetahuan warga ) di mana para sukarelawan melakukan aksi bersih-bersih sampah kemudian mendokumentasikan merek-merek sampah plastik yang ditemukan. Selama lima tahun, lebih dari 200.000 relawan mengirimkan data melalui Break Free From Plastic

Riset ini direlease berbarengan dengan berkumpulnya para pemimpin dunia merundingkan Perjanjian Plastik Global di INC-4 23-29 April di Ottawa, Kanada. 

Riset ini sebagai alat untuk mendukung lahirnya perjanjian yang mengikat secara hukum dengan ambisi tinggi yang mencakup ketentuan tentang akuntabilitas perusahaan, memprioritaskan langkah-langkah pengurangan produksi plastik, dan mendorong penggunaan kembali dan sistem isi ulang.

Lisa Erdle, Direktur Sains & Inovasi, The 5 Gyres Institute mengatakan, studinya menekankan pentingnya akuntabilitas perusahaan untuk mengatasi polusi plastik. 

"Masyarakat sebagai individu pengguna, tidak bertanggung jawab atas krisis plastik ini; tanggung jawab ada pada 56 perusahaan global ini untuk mengambil tindakan tegas," tuturnya.

Ia mendesak para pemimpin dunia di INC-4 untuk mempertimbangkan fakta pengetahuan, dan adanya hubungan yang jelas antara produksi plastik dan polusi selama negosiasi Perjanjian Plastik Global.

Editor : Ali Masduki

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network