SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Orang tua adalah anugerah tak ternilai bagi setiap anak, dan dalam kisah yang mengharukan ini, kasih sayang seorang ayah menjadi sorotan utama. Hafidz Iqbal, seorang mahasiswa Produksi Film dan Televisi, mengangkat tema ini dalam karyanya yang memukau, "Hold on Little Girl (HOLG)".
Dibalut dengan sentuhan sutradara dan penulis naskah dari Hafidz sendiri, HOLG menjadi karya ke-12nya sejak masa SMP. Premiere GALA yang dihadiri oleh 140 penonton di CGV Maspion Square Surabaya menjadi momen berkesan setelah perjalanan panjang pembuatan film ini.
Cerita HOLG mengisahkan tentang konflik batin seorang ayah yang harus melepas putri tunggalnya, Farah, yang akan menikah. Meskipun menyadari bahwa sudah saatnya bagi Farah untuk membangun rumah tangganya sendiri, sang ayah terlalu mencintai putrinya untuk melepaskannya begitu saja.
Dalam kehangatan hubungan antara ayah dan anak perempuannya, HOLG membangkitkan rasa haru penonton dengan gambaran tentang dilema seorang ayah yang harus membagi kasih sayangnya dengan pria lain, suami putrinya nanti.
Film ini bukan hanya sebuah karya akademik, namun juga sebuah penghormatan atas kasih sayang seorang ayah dan hubungan yang tak tergantikan antara seorang anak dan orang tua. Dibintangi oleh Vanessa Chastity sebagai Farah dan Afrian Arisandy sebagai sang ayah, HOLG menghadirkan kisah yang menggetarkan hati setiap penontonnya.
Aktor asal Sidoarjo yang sedang hangat diperbincangkan publik ini dikenal karena aktingnya yang apik di film Siksa Kubur karya sutradara Joko Anwar. Sementara tokoh ibu diperankan oleh aktris teater Deny Tri Aryanti.
Menurut Hafidz, mendatangkan seorang Afrian dan tokoh-tokoh lain yang berpengalaman dalam akting adalah anugerah baginya. Dia bersyukur karena memiliki jaringan yang luas dan bisa kenal dengan orang-orang kompeten di bidangnya, terutama sosok Afrian.
Film HOLG mulai diproduksi sejak tahun 2020 sebagai tugas akhir semester kuliah. Namun tidak selesai karena pandemi Covid-19. Banyak hambatan selama produksi sehingga harus berhenti di tengah jalan. “Saat itu masih gencar-gencarnya Covid-19 dan seringkali lockdown saat kami mau produksi film sehingga proses produksi sering terhambat,” ungkapnya.
Hafidz berusaha memperbaiki kembali film ini bersama tim produksi dan didukung oleh para pembimbing tugas akhir serta masukan dari dewan penguji. “Saya dibantu oleh Harf Media, production house yang sudah saya rintis bersama teman-teman SD saya hingga saat ini,” katanya.
Hafidz mengaku, total ada 24 orang yang menjadi tim dalam proses produksi HOLG. Setelah melalui proses panjang akhirnya film ini rampung pada tahun 2024 sekaligus dijadikan sebagai karya tugas akhir (TA) prodi PFTV.
Muhammad Bahruddin, dosen pembimbing karya Hafidz, menjelaskan bahwa film pendek yang dibuat Hafidz relate dengan kehidupan keluarga-keluarga pada umumnya. “Namun yang istimewa, Hafidz mampu membangun konflik batin dan drama secara detail ke dalam film,” ucap pria yang biasa dipanggil Bah ini.
“Sekalipun banyak ayah mengalami kesedihan yang mendalam karena ditinggal menikah putrinya tapi justru tak banyak film yang mengambil kisahnya. Inilah kelebihan dari HOLG,” puji pria yang menjadi Kaprodi PFTV sejak 2021 lalu itu.
Hafidz berharap HOLG bisa didaftarkan sebagai intellectual property (IP) agar bisa diputar di layer-layar lebar di Indonesia. “Saya ingin menjadikan HOLG sebagai sebuah intellectual property sehingga bisa diputar di layar-layar lebar Indonesia,” harapnya.
Selain itu, Hafidz juga mendaftarkan HOLG di beberapa festival film, baik di level nasional maupun internasional seperti karya sebelumnya yaitu film Annoying Boy yang mendapatkan apresiasi dari berbagai festival internasional.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
