Pria kelahiran Benjina, 30 Desember 1999 itu mengungkapkan keputusannya untuk berkuliah di Surabaya bermula dari saudaranya yang juga berkuliah di Surabaya serta ingin mengupdate ilmu yang dimiliki ke Pulau Jawa.
Selain itu, ia menceritakan, dirinya memiliki culture shock saat pertama kali menjajakan diri untuk studi di Surabaya.
“Awal studi ke Jawa selain tidak paham bahasanya, makanannya kurang cocok di lidah saya, tapi lambat laun saya terbiasa dan yang mengesankan, juga harga di sini relatif lebih murah daripada di Ambon,” ungkapnya.
Reinhard juga mengungkapkan bahwa walaupun dirinya juga sebagai minoritas yang beragama kristen, tapi selama studi ia mendapatkan kenyamanan dan keamanan di Unusa.
“Selama studi di Unusa saya mendapatkan toleransi tinggi dari teman-teman, itu juga yang membuat saya betah di sini,” tukasnya.
Anak pertama dari tiga bersaudara itu menceritakan selain berkuliah, ia juga bekerja mengurus bisnis keluarganya. Walaupun sempat mengalami penurunan berat badan drastis saat menjalani dua kesibukan tersebut, tetapi dirinya berusaha memprioritaskan diri untuk menyelesaikan studinya.
“Selama ini saya juga membantu keluarga mengurus bisnis, jadi sesekali bolak-balik antara Ambon-Surabaya, tantangannya memang dalam pembagian waktu. Jadi, ketika dapat shift pagi, malamnya saya urus bisnis, begitupun sebaliknya. Untungnya urusan bisnis ini fleksibel, walaupun capek, tetapi dukungan dan semangat dari keluarga jadi kekuatan saya,” terangnya.
Saat ditanya rencana karir ke depan, Reinhard mengatakan bahwa dirinya ingin sepenuhnya berdedikasi menjadi perawat dan tinggal di Surabaya, ia juga akan meninggalkan bisnis keluarganya dan menyerahkan kepada adiknya.
“Dari awal saya ingin menjadi perawat, dan saya senang tinggal di Surabaya, jadi rencananya saya ingin fokus menjadi perawat disini,” tandasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait