Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, mengapresiasi baik dukungan Pelindo pada upaya Pemerintah Kota Surabaya dalam merevitalisasi kawasan kota lama Surabaya.
“Semangat merevitalisasi Kota Lama Surabaya erat dengan tema Surabaya Vaganza tahun ini yakni, ‘The Chronicle of Surabaya’. Kota Lama Surabaya bisa menjadi jangkar memori kejayaan masa lampau Surabaya. Seperti Jembatan Petekan yang diusung mobil hias Pelindo, dulunya merupakan simbol kemajuan teknologi. Pada awal abad ke-20, Kota Surabaya sudah punya jembatan yang bisa dibuka-tutup untuk lalu lintas kapal,” ungkapnya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (kedua kiri) menerima foto kuno aktivitas di Pelabuhan Tanjung Perak pada masa lampau dari Division Head Operasi Regional 3 Pelindo, Johanes Wahyu Hertanto (kiri) pada Parade Bunga dan Budaya Surabaya Vaganza 2024. Foto/Pelindo
Eri Cahyadi, melanjutkan, menurutnya memang berbagai inisiatif pembangunan Kota Surabaya selalu dilandasi dengan semangat gotong royong dan nuansa guyub rukun. Tak hanya antara arek-arek Suroboyo sebagai warga kota yang merupakan stakeholder utama kota dengan pemerintah kota. Namun juga bersama-sama para pelaku perekonomian.
“Baik di level UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) hingga lembaga atau korporasi besar nasional dan bahkan internasional. Karena setiap ada kapal pesiar yang datang membawa wisatawan mancanegara, Pemkot Surabaya bersama Pelindo selalu berusaha mempertemukannya dengan UMKM Surabaya. Agar tidak hanya ada transaksi bisnis, tetapi juga interaksi budaya. Semua diharapkan keterlibatannya demi menjadikan masa depan kota ini untuk bersama,” jelasnya.
Secara terpisah, Guru Besar Sejarah Perkotaan dari Universitas Airlangga, Surabaya, Purnawan Basundoro, menyampaikan hal senada. Bahwa pengembangan suatu kawasan kota lama sangat perlu dukungan dan perhatian dari para pemangku kepentingannya. Bukan semata dari pemerintah kota.
“Pada konteks Kota Lama Surabaya, perhatian dan kerja sama dengan Pelindo, sebagai pengelola gerbang wisatawan mancanegara (dari pelabuhan laut) tentunya sangat tepat. Terutama untuk turut berperan memromosikan Kawasan Kota Lama Surabaya secara lebih luas sebagai destinasi atraksi wisata dengan keterkaitan kisah sejarah,” jelasnya.
Profesor yang juga sekretaris dari Tim Ahli Cagar Budaya Kota Surabaya tersebut menegaskan, bahwa dengan kuatnya strategi promosi, maka aspek yang potensial bisa semakin ditonjolkan. “Misalnya aspek budaya melalui interaksi wisatawan dengan komunitas setempat dan UMKM, yang bisa dikemas sedemikian rupa sebagai konten promosi media massa dan media sosial. Harapannya bisa menahan (untuk memperpanjang) waktu singgah wisatawan di Surabaya. Agar dapat memberikan dampak ekonomi yang lebih tinggi kepada pelaku UMKM dan pendapatan kota,” ungkapnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait