Prospek Karir
Ilham melihat prospek jurnalisme sains cukup menjanjikan di masa depan. Misalnya, negara Australia dan Singapura menawarkan posisi komunikator dan jurnalis sains di lembaga riset dan humas universitas.
Di Eropa, tempat Ilham saat ini belajar, banyak proyek riset yang membuka peluang di bidang sains, teknologi, dan kesehatan. Namun, lanjutnya, pekerjaan di bidang ini masih sangat bergantung pada iklim ilmiah, industri media, dan ekosistem digital di masing-masing negara.
"Iklim media kita sangat mempengaruhi jangkauan konten berbasis sains. Di Indonesia, ada beberapa kendala yang menghambat perkembangan science journalism. Sedangkan di Eropa dan Amerika, profesi ini telah berkembang pesat," ungkap Ilham.
Ilham menambahkan, jurnalis sains dapat berperan sebagai peneliti dalam memahami publik tentang sains. Selain itu, mereka juga dapat meniti karir sebagai komunikator sains independen.
“Meskipun prospek ini menghadapi tantangan dari perkembangan media sosial dan ekosistem digital. Namun, sains akan tetap menjadi topik yang relevan dan penting di masa depan,” ulasnya.
Selanjutnya, Ilham menekankan pentingnya kolaborasi antara jurnalis dan ilmuwan untuk memastikan kualitas informasi yang diterima publik. Tidak hanya penguasaan konsep ilmiah dan keterampilan jurnalistik, Ilham menyebutkan bahwa persiapan yang matang dan mengikuti perkembangan global adalah kunci sukses di jurnalisme sains.
"Jurnalis sains perlu memverifikasi laporan mereka dengan ilmuwan karena ilmu pengetahuan seringkali spesifik dan rumit. Di sisi lain, ilmuwan mendapat manfaat dari jurnalis yang mampu menyederhanakan jargon ilmiah untuk menjangkau publik," tutup Ilham.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait