Selain itu, Jetis Kampung Batik juga menerima mahasiswa magang dari berbagai universitas di Surabaya dan Sidoarjo, guna melibatkan mereka lebih dalam pada proses pembuatan batik. Pengrajin seperti Rimanda, yang juga berperan aktif di Jetis, mengungkapkan bahwa kolaborasi semacam ini membawa harapan baru.
"Setelah pandemi, pesanan batik sempat sepi dan banyak pengrajin terpaksa menutup usaha. Namun, berkat dukungan dari pemerintah dan program-program seperti ini, kami mulai merasakan kembali gairah dalam memproduksi batik," ujarnya.
Ia berharap agar batik tidak hanya diapresiasi oleh para pengrajin, tetapi juga dicintai oleh masyarakat luas. Dengan adanya program BGSKIN Support Batik Indonesia, ia optimis bahwa generasi muda akan semakin tertarik mengenal dan memakai batik dalam kehidupan sehari-hari.
Selain mendukung industri batik, BGSKIN juga memiliki Komunitas BGSKIN Berbagi, yang secara konsisten menggelar berbagai program sosial seperti Rumah Makan Gratis, bantuan sembako, dan banyak kegiatan positif lainnya.
Kolaborasi dengan pengrajin batik kali ini menjadi bagian dari upaya BGSKIN untuk terus terlibat dalam kegiatan yang tidak hanya memperkuat identitas budaya, tetapi juga membantu perekonomian lokal.
Dengan program yang penuh makna ini, BGSKIN tidak hanya membuktikan diri sebagai brand kecantikan, tetapi juga sebagai bagian dari gerakan pelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat. Mari bersama-sama kita lestarikan batik, warisan luhur bangsa yang tak lekang oleh waktu.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait