Penurunan ini tertinggi sepanjang dekade 10 tahun terakhir.
Di perdesaan, penurunan angka kemiskinan terjadi dari 15,16 persen pada September 2020 menjadi 13,79 persen pada September 2021 atau terkoreksi minus 1,37 poin.
Sedangkan pada periode yang sama di perkotaan, angka kemiskinan turun dari 8,37 persen menjadi 7,99 persen atau terkoreksi minus 0,38 persen.
Dengan menurunnya angka kemiskinan di perdesaan dan perkotaan, disparitas angka kemiskinan pun semakin kecil antara kedua wilayah, yakni turun dari 8,24 persen pada September 2018 menjadi 5,8 persen pada September 2021.
"Tidak hanya dalam penurunan kemiskinan, statistik dalam pertumbuhan ekonomi dan pengendalian laju inflasi juga menunjukkan Jatim benar-benar bangkit dari pandemi Covid-19," kata Dadang.
Sementara itu, menurut Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, FGD digelar dalam rangka menyusun strategi tidak hanya untuk menangani kemiskinan, namun juga kemiskinan ekstrem.
Point kemiskinan ekstrem, kata Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Jawa Timur ini tidak ada dalam RPJMD, tapi ada dalam target Tujuan Pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
"Karena itu akan dirumuskan bagaimana penanganan kemiskinan tidak hanya dengan bantuan sosial atau charity, namun juga dengan pendekatan pemberdayaan agar status kemiskinan ekstrem bisa dengan cepat berubah menjadi tidak miskin," tutupnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait