MOJOKERTO, iNews.id – Ritual pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur dilakukan di Jawa Timur. Sebanyak tujuh sumber mata air warisan Kerajaan Majapahit diambil untuk dibawa ke Kalimantan Timur.
Air tersebut bernama air panguripan Majapahit yang berada di kawasan Mojokerto. Tujuh sumber tersebut terletak di situs Siti Inggil, situs Tribuana Tunggadewi, situs Hayam Wuruk, situs Damarwulan, Sumber towo situs Kubur Panjang, Sumur Sakti Gajah Mada, dan Sumur Upas Candi Kedaton.
Untuk melengkapi tujuh sumber mata air dari warisan Majapahit ini, ada dua mata air tambahan yakni dari tanah Sumur Upas Candi Kedaton dan Situs Kumitir. Mata air ini dianggap sebagai penghidupan. Tujuh titik mata air ini dianggap keramat.
Berdasarkan hasil diskusi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur bersama para pakar peneliti Majapahit , tokoh adat, sejahrawan, dan budayawan. Sumber mata air tersebut harus diambil untuk dibawa ke IKN di Kalimanta Timur.
Proses pengambilan sumber mata air panguripan Majapahit di Situs Kedaton, Desa Pakis, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, diambil langsung oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parwansa, Sabtu (12/3/2022).
Sebelum mengambil air, Khofifah bersama para budayawan dan tokoh adat melangsungkan prosesi tradisi khusus dan berdoa terlebih dahulu. Barulah kemudian Khofifah mengambil air dari dalam sumur dan dituangkan ke dalam kendi yang sudah disiapkan.
Setelah prosesi, Khofifah mengatakan, seluruh gubernur di Indonesia diminta membawa air dan tanah dari masing-masing provinsi untuk diletakkan ke IKN Nusantara.
Menurutnya, pengambilan sumber mata air bumi Majapahit tak lepas dari sejarah masa lampau yang masih ada hubungannya dengan nama ‘Nusantara’ yang dijadikan sebagai nama Ibu Kota Negara. “Nusantara dalam refrensi yang saya baca bagian dari sumpah amukti palapa yang diikrarkan oleh Maha Patih Gajah Mada,” katanya.
Nusantara merupakan bahasa sansekerta yang memiliki arti tersendiri. Nusa berarti “pulau” dan “antara” berarti “lain” atau bisa diartikan sebagai “seberang. Apabila dilihat dari sejarahnya, nusantara mencakup wilayah kepulauan yang ditaklukkan oleh kerajaan Majapahit dengan tujuan mempersatuakan.
Dalam catatan sejarah, sebelum mempersatukan Nusantara, Mahapatih Gajah Mada terlebih dahulu melakukan ikrar atau sumpah yang kemudian dikenal dengan Sumpah Amukti Palapa.
Naskah sumpah termaktub dalam Kakawin Negarakertagama karya Mpu Prapanca. Di dalamnya disebutkan betapa kuatnya ikrar tersebut.
Adapaun bunyi sumpah prapanca, sebagai berikut :
“Lamun huwus kalah Nuswantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palap“.
Artinya : Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikian saya (baru akan) melepaskan puasa.”.
Mantan Menteri Sosial RI itu berpendapat, didalam Sumpah Amukti palapa terlihat jelas betapa kuatnya tekad Maha Patih Gajahmada untuk mempersatukan Nusantara.
“Di dalam sumpah palapa itu menujukkan betapa kuatanya tekad dari Mahapatih Gajah Mada. Ini sangat luar biasa,” ungkapnya.
Selain itu, di dalam Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular juga menyebut soal Bhineka Tunggal Ika. “Kebhinekaan itu menjadi bagian dari satu kesatuan dan kebenaran tidak boleh mendua,” Sambung Khofifah.
Pengambilan sumber mata air dan tanah ini menjadi bagian dari kontribusi Majapahit terhadap IKN baru. “Mudah-mudahan ini menjadi kontribusi Jawa Timur karena nama Nusantara yang sudah ditentukan Presiden menjadi nama ibu kota baru nanti, nama itulah yang ada di dalam sumpah palapa Mahapatih Gajahmada,” pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait