SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jawa Timur merespon laporan Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) yang menyebut Presiden Joko Widodo dalam daftar pemimpin terkorup dunia.
ICMI Jatim mengajak semua pihak untuk bersikap bijak dan mengedepankan prinsip keadilan, kecendekiawanan, dan kebijaksanaan dalam menyikapi isu ini.
Ketua ICMI Orwil Jawa Timur, Ulul Albab, menyatakan bahwa laporan OCCRP, yang beredar luas dan menimbulkan perdebatan, memiliki implikasi besar bagi reputasi individu dan bangsa.
"Respons kami bukan untuk membela atau menyalahkan, melainkan mengajak kembali pada prinsip keadilan," tegas Ulul Albab dalam keterangan tertulisnya, Senin (1/1/2025).
Ulul Albab menekankan pentingnya validasi dan transparansi atas tuduhan tersebut. "Reputasi OCCRP sebagai lembaga yang sering mengungkap kasus besar tidak cukup. Metodologi dan bukti yang digunakan harus transparan dan dapat dipertanggungjawabkan," ujarnya.
Ia mempertanyakan apakah laporan tersebut berdasarkan dokumen resmi, investigasi mendalam, atau data konkret, atau hanya sekadar persepsi umum.
ICMI Jatim mengusulkan beberapa langkah bijak: pertama, meminta klarifikasi kepada OCCRP tentang metodologi dan sumber data; kedua, mengedepankan diplomasi publik untuk menyampaikan penjelasan kepada komunitas internasional; dan ketiga, meneguhkan prinsip anti-korupsi di dalam negeri dengan memperkuat sistem yang transparan dan akuntabel.
"Sebagai masyarakat madani, peran ICMI adalah mencerahkan, bukan memperkeruh suasana. Isu ini mengajarkan kita bahwa di era keterbukaan informasi, persepsi bisa menjadi senjata yang tajam. Namun, persepsi juga bisa diredam dengan pencerahan," kata Ulul Albab.
Ia menambahkan, Islam mengajarkan untuk menjauhi fitnah dan menjaga keadilan. "Kita tidak boleh membela dengan asal membela, tetapi juga tidak boleh menghakimi tanpa dasar," imbuhnya, mengutip ayat Al-Qur'an (QS. Al-Ma'idah: 8) yang menekankan pentingnya keadilan.
Ulul Albab berharap bangsa Indonesia mampu menyikapi isu ini dengan kepala dingin dan hati yang bersih.
"Dengan semangat keislaman, kecendekiawanan, dan keindonesiaan, kita mampu menyongsong masa depan yang lebih baik," tutupnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait