Mengungkap Makna Tersembunyi di Balik Tradisi Imlek 2025

Ali Masduki
Elisa Christiana, B.A., M.A., M.Pd., dosen Chinese Department Petra Christian University (PCU). Foto/Humas PCU

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Tahun Baru Imlek, atau Tahun Baru Tionghoa, jauh lebih kaya makna daripada sekadar lampion merah dan angpao yang meriah. Di balik gemerlap perayaan ini tersimpan warisan budaya yang dalam dan seringkali disalahpahami. 

Elisa Christiana, B.A., M.A., M.Pd., dosen Chinese Department Petra Christian University (PCU), membantu kita memahami esensi perayaan ini. Banyak yang keliru menganggap Imlek sebagai ritual keagamaan. 

"Sebenarnya, Imlek adalah perayaan budaya yang menandai pergantian musim, khususnya dimulainya musim semi—'sin chun'—dalam penanggalan Tionghoa yang berbasis perputaran musim," ungkapnya. 

Bagi masyarakat Tionghoa, Imlek merupakan awal siklus baru, penuh harapan dan optimisme untuk masa depan.

Tradisi pemberian angpao, yang selalu dinantikan, memiliki makna yang jauh lebih dalam daripada nilai uangnya. 

"Amplop merah melambangkan doa dan harapan dari generasi tua kepada generasi muda, agar mereka tumbuh sehat, bijaksana, dan sukses," terang Elisa. 

Namun, modernisasi seringkali mengaburkan makna simbolik ini, sehingga fokusnya bergeser hanya pada jumlah uang yang diterima.

Tahun 2025, Tahun Ular Kayu, memiliki simbolisme yang unik. "Tahun ini merepresentasikan harmoni antara unsur api dan kayu," jelas Elisa. 

Kayu menyulut api, menciptakan simbol cahaya yang menjadi petunjuk dan harapan untuk masa depan. Ini menjanjikan tahun yang penuh optimisme untuk memulai babak baru," kata dia. Unsur api juga melambangkan kehidupan dan energi yang dinamis.

Dekorasi Imlek pun bukan sekadar hiasan. "Dekorasi yang tepat mampu menghadirkan kebahagiaan dan semangat baru," kata Elisa. 

Bunga musim semi, buah jeruk keprok (kimkit, melambangkan rezeki), dan hiasan bambu, semuanya mengandung harapan akan keberuntungan. Pada Tahun Ular Kayu, menambahkan dekorasi dengan simbol ular dapat menambah daya tarik.

Selain dekorasi, ada pula pantangan yang perlu dipahami, bukan sebagai larangan, melainkan sebagai filosofi. 

"Tidak menyapu rumah pada hari pertama tahun baru, misalnya, merupakan bentuk penghormatan terhadap keberuntungan yang diyakini datang pada hari itu," jelas Elisa. Menghindari pertengkaran dan kerusakan barang juga penting untuk menjaga keharmonisan sepanjang tahun.

Imlek, menurut Elisa, adalah perayaan penuh harapan yang menekankan pentingnya melestarikan warisan budaya Tionghoa. 

"Dengan memahami makna di balik setiap tradisi, kita dapat merayakan Imlek dengan cara yang lebih bermakna dan autentik," simpulnya.

Editor : Ali Masduki

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network