SURABAYA, INEWSSURABAYA.ID - Perkembangan teknologi digital semakin pesat, membawa internet dan media sosial sebagai bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Agar tetap aman di dunia digital, diperlukan kecerdasan dan kebijaksanaan dalam menggunakan berbagai platform yang tersedia.
Data menunjukkan bahwa sebelum pandemi, lebih dari 196,7 juta warga Indonesia telah terhubung dengan internet, dengan 26,4 juta di antaranya berdomisili di Jawa Timur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sekitar 79,66% rumah tangga di Jawa Timur memiliki akses internet, baik di perkotaan (73,58%) maupun pedesaan (84,78%). Di kalangan usia 16–24 tahun, kepemilikan gawai mencapai 93,3%, sementara 90,7% memiliki akun media sosial. Sebagian besar anak juga aktif menggunakan gawai untuk aktivitas daring.
Namun, meskipun internet memberikan banyak manfaat, risiko digital tetap mengancam anak dan remaja. Studi ECPAT (DtZ 2020) mengungkapkan bahwa 41% anak menyembunyikan identitas aslinya saat online, yang dapat berujung pada perubahan sosial serta ancaman eksploitasi digital.
Dalam upaya membangun kesadaran akan keamanan digital dan kesehatan mental, Instagram Heroremaja resmi diluncurkan di Gedung Siaola Surabaya pada Sabtu (22/2/2025). Inisiatif ini digagas oleh remaja, untuk remaja, dengan dukungan Yayasan PLATO, Pemerintah Kota Surabaya, serta mitra strategis lainnya yang bekerja sama dengan UNICEF.
Kepala Program Perlindungan Anak UNICEF, Milen Kidane, menekankan pentingnya dialog antara orang tua dan anak agar mereka dapat lebih bijak dalam menggunakan ruang digital. "Diperlukan komitmen untuk cerdas dan aman di dunia digital. Orang tua harus menjadi teladan dalam penggunaan media sosial," ujarnya.
Seiring dengan pesatnya digitalisasi, ancaman eksploitasi seksual anak secara daring (Online Child Sexual Exploitation & Abuse/OCSEA) semakin meningkat. Berbagai bentuk kejahatan digital seperti cyberbullying, sexting, grooming, dan scamming dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental anak dan remaja.
“Sayangnya, sekitar 56% anak yang mengalami insiden kekerasan seksual daring tidak pernah melaporkannya,” ujar Milen.
Oleh karena itu, edukasi mengenai keamanan internet menjadi kunci untuk memaksimalkan manfaat digital dan meminimalkan risiko.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait