Bandeng Tanpa Duri Datangkan Rezeki
Salah satu ikhtiar yang dijalani adalah berjualan bandeng tanpa duri. Memanfaatkan koneksi dengan kakaknya yang memiliki suami yang tinggal di kampung tanpa duri Sidoarjo, Bu Findhy pun menjajal usaha baru ini.
Dia berpikir, siapa tahu bakal ramai karena jualan baru ini menawarkan sajian praktis di meja makan. Banyak orang yang suka mengonsumsi bandeng tapi mereka tidak mau terganggu dengan durinya yang banyak.
Maka, dengan bandeng tanpa duri, masalah itu teratasi. Sebab, bandeng tanpa duri bisa langsung diolah. Langsung digoreng. Disambal. Ataupun diolah kuah asam. Langsung siap dimakan. Praktis.
Memanfaatkan KUR BRI yang masih ada, mereka mulai kulakan bandeng tanpa duri. Awalnya ambil 5 kilogram ikan bandeng tanpa duri. Dijualnya ke teman-teman dekat dan tetangga. Ternyata mendapat respons bagus. Ada yang memesan langsung 5 ekor. Ada pula yang sekadar coba-coba dan memesan satu ekor.
Karena respons bagus, mereka menambah kulakan menjadi 7 kilogram hingga 8 kilogram. Dan itupun tidak lama terjual habis. Banyak warga perumahan di tempat mereka tinggal, yang suka.
Apalagi, dalam berjualan, Bu Findhy dan suaminya menekankan layanan "siap diantar ke rumah". Pembeli yang merupakan tetangga di perumahan dan sekitarnya, tidak perlu mengambil. Tapi pesanan bandeng tanpa duri nya diantar ke rumah. Tanpa ongkos kirim.
Seiring berjalannya waktu, karena bandeng tanpa duri nya cepat terjual habis sehingga harus mondar-mandir kulakan, Bu Findhy pun memutuskan untuk membeli Freezer. Tujuannya agar bisa menampung lebih banyak dagangan.
Sebelumnya, dia kulakan maksimal 8-10 kilogram karena menyesuaikan dengan kapasitas di freezer lemari es di rumah. Dengan adanya freezer baru, tentu daya tampung akan menjadi lebih luas.
Lantas, tidak hanya bandeng tanpa duri, sang suami menyarankan agar juga berjualan frozen food alias makanan beku. Seperti nugget, sosis, kentang, bakso/pentol dan lain sebagainya. Pertimbangannya, banyak warga di perumahan yang memiliki anak-anak sekolah yang butuh menu praktis untuk bekal sekolah.
Selain itu, frozen food bisa selalu ready. Sementara untuk bandeng tanpa duri, ready atau tidak, bergantung di pasar pusatnya sana.
Awalnya, ide suaminya itu tidak langsung diterimanya. Sebab, di perumahan yang mereka tinggali, sebelumnya sudah ada yang berjualan frozen food. Meski memang, di perumahan mereka, ada grup WA lapak warga yang isinya warga yang berjualan.
"Suami lantas meyakinkan. Bahwa dalam jualan, jangan temporer. Tapi harus permanen. Yang penting membranding ke warga bahwa bila butuh Frozen Food dan bandeng tanpa duri, silahkan ke kami," terang Bu Findhy mengenang percakapan dengan suaminya.
Usaha rumahan yang awalnya digagas di tengah situasi sulit itu pun terus berjalan. Bu Findhy kini sudah punya pelanggan tetap. Selain tetangga di perumahan sendiri, juga memperluas pasar ke perumahan sebelah. Termasuk ke kerabat-kerabat.
Dia juga semakin kreatif dan percaya diri. Tak hanya berjualan makanan beku, dia juga mengolah makanan siap makan seperti spaghetti, goh yong, ataupun pisang lumer. Suaminya pun ikut tertular semangat berwirausaha.
Dia kembali mencoba berjualan kerupuk. Kulakan kerupuk mentah seperti kerupuk rambak, kerupuk kentang, ataupun emping. Lantas digoreng. Dikemas dengan kemasan menarik dan dijual.
"Namanya jualan, kadang rame kadang sepi. Tapi Alhamdulillah setiap hari selalu ada rezekinya. Yang penting selalu disyukuri," tutur Bu Findhy.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait
