
SURABAYA - Jumlah penduduk Jawa Timur (Jatim) pada tahun 2024 tercatat sekitar 41,81 juta jiwa (hasil Proyeksi SP2020). Berdasarkan data Susenas, sekitar 20,87 persennya merupakan penduduk berusia 16-30 tahun atau pemuda (laki-laki atau perempuan).
Pada tahun 2024, sekitar 37,37 persen pemuda di Jatim berstatus pernah kawin (36,15 persen berstatus kawin dan 1,22 persen berstatus cerai hidup/cerai mati). Sedangkan hampir dua pertiga pemuda berstatus belum kawin alias jomblo, yaitu sekitar 62,63 persen.
Dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim disebutkan, seseorang memutuskan untuk menikah dipengaruhi beberapa faktor. Antara lain, tuntutan ekonomi, pendidikan dan budaya. Pola status perkawinan dapat mencerminkan status sosial ekonomi penduduk suatu wilayah.
Menurut tipe daerah, pemuda yang tinggal di perdesaan cenderung lebih banyak yang berstatus pernah kawin (44,23 persen) dibandingkan pemuda yang tinggal di perkotaan (32,56 persen).
Pemuda yang tinggal di perdesaan cenderung lebih cepat menikah akibat cara pandang tentang pernikahan serta budaya atau kultur yang berbeda antara perdesaan dan perkotaan.
Demikian pula berdasarkan jenis kelamin, pemuda perempuan lebih banyak yang berstatus pernah kawin dibandingkan pemuda laki-laki (48,67 persen berbanding 26,05 persen). Hal ini menunjukkan, pemuda perempuan cenderung lebih cepat menikah dibandingkan pemuda laki-laki.
“Pada tahun 2024, dari seluruh pemuda di Jawa Timur, sebanyak 5,70 persennya berstatus sebagai kepala rumah tangga,” kata Kepala BPS Jatim, Zulkipli dalam rilisnya, Kamis (24/4/2025).
Berdasarkan status tinggal dalam rumah tangga, sebagian besar pemuda masih tinggal satu rumah tangga bersama dengan keluarga atau dengan yang lainnya (99,66 persen). Sementara itu sebanyak 0,34 persen merupakan rumah tangga tunggal atau tinggal sendiri.
Untuk pemuda yang berstatus sebagai rumah tangga tunggal di perkotaan menunjukkan persentase lebih tinggi dibandingkan pemuda di perdesaan (0,41 persen berbanding 0,23 persen). Hal ini antara lain diduga karena cukup banyak pemuda yang merantau ke kota untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan atau demi mendapatkan pendidikan tinggi yang berkualitas.
“Sehingga mereka tidak tinggal bersama keluarganya melainkan tinggal sendiri,” imbuh Zulkipli.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait