SURABAYA – Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Namun, di balik perayaan tersebut, muncul pertanyaan mendasar, apa sebenarnya yang kita rayakan dan siapa yang kita perjuangkan dalam dunia pendidikan?
Ulul Albab, Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Timur sekaligus akademisi yang pernah menjabat sebagai Pembantu Rektor 3, Pembantu Rektor, dan Rektor Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya, mengungkapkan pandangannya mengenai kondisi pendidikan nasional saat ini.
Menurut Ulul Albab, sistem pendidikan di Indonesia selama ini terlalu fokus pada pencetakan lulusan yang siap bekerja, bukan yang siap menciptakan lapangan kerja.
"Kita siapkan anak-anak untuk menjadi karyawan yang baik, bukan pemimpin usaha yang sukses. Sekolah didesain untuk menyalurkan tenaga kerja ke pasar, bukan membangun pasar itu sendiri," ujarnya.
Lebih lanjut, Ulul Albab menegaskan bahwa pendidikan seharusnya menumbuhkan mentalitas wirausaha dan kreativitas, bukan hanya mengajarkan teori yang kering.
"Siswa diajarkan cara membuat laporan keuangan, tapi tidak diajarkan bagaimana menghadapi kegagalan. Mereka hafal rumus permintaan dan penawaran, tapi tidak diajak menciptakan produk yang berkelanjutan," tambahnya.
Ulul Albab juga mengingatkan bahwa Ki Hadjar Dewantara, tokoh pendidikan nasional, tidak pernah mengajarkan pendidikan sebagai pabrik tenaga kerja.
"Beliau mendambakan pendidikan yang membebaskan, yang mengembangkan nalar, karakter, dan keberanian untuk mandiri. Namun, sistem kita saat ini lebih mirip jalur antrean menuju status 'siap kerja', terutama kerja kantoran," katanya.
Ia pun menyinggung ketidakadilan dalam sistem pendidikan yang lebih menguntungkan mereka yang sudah memiliki privilese sosial, sementara anak-anak dari keluarga kurang mampu sering tersingkir.
"Hardiknas 2025 harus menjadi momen koreksi total. Kita tidak boleh terus memelihara sistem yang hanya menghasilkan lulusan siap kerja tapi tidak siap menghadapi realitas hidup yang butuh kreativitas dan jiwa kepemimpinan," tegasnya.
Untuk itu Ulul Albab mengajak semua pihak untuk mengembalikan pendidikan pada akar moral dan intelektual bangsa, yang membentuk manusia unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus kokoh dalam iman dan takwa.
"Pendidikan bukan sekadar industri atau bisnis. Ini adalah ladang perjuangan untuk mencerdaskan bangsa, bukan sarana memperkaya diri," pungkasnya.
Pesan moral dari ICMI Jawa Timur ini menjadi panggilan bagi seluruh pemangku kepentingan dunia pendidikan untuk bersama-sama membangun generasi emas Indonesia 2045 yang bermutu, berkarakter, dan berdaya saing tinggi.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait
