SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Pulau Komodo, dengan keindahan alamnya yang terkenal dunia, menyimpan kisah inspiratif tentang dedikasi seorang guru dan ranger. Raco, begitu namanya, telah mengabdikan hidupnya untuk pendidikan dan pelestarian lingkungan di salah satu wilayah terpencil Indonesia ini.
Raco bukanlah guru lulusan universitas ketika memulai pengabdiannya. Pada tahun 2002, setelah menyelesaikan SMA, ia diminta mengajar di SDN Pulau Komodo yang kekurangan guru. Hanya ada tiga guru untuk enam kelas. Tanpa pelatihan formal dan tanpa gaji, ia menerima tawaran tersebut demi masa depan anak-anak di kampung halamannya.
“Ilmu saya saat itu terbatas, tapi saya merasa terpanggil. Kalau bukan saya, siapa lagi yang bisa bantu anak-anak belajar?” kenang Raco tentang awal mula pengabdiannya.
Setahun kemudian, ia mulai menerima honor, dan terus berpegang pada pesan orang tuanya. “Anak, hari ini kau berbuat sesuatu yang baik, kau akan dapat hasilnya nanti,” sambungnya.
Tantangan silih berganti. Raco menyadari pentingnya melanjutkan pendidikan, sehingga ia kuliah di luar pulau. Namun, ia tetap pulang pergi demi mengajar.
“Waktu libur kuliah, saya langsung pulang ke pulau. Anak-anak di sini nggak bisa nunggu guru datang dari luar. Selama anak-anak di sini butuh belajar, saya akan tetap mengajar,” tegasnya.
Ketekunan dan dedikasinya membuahkan hasil. Pada tahun 2007, Raco diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tanpa tes. Sejak itu, ia menjadi sosok penting dalam pendidikan Pulau Komodo, sekaligus berperan sebagai ranger, menjaga lingkungan dan keanekaragaman hayati.
Lebih dari dua dekade, Raco setia mengajar di SDN Pulau Komodo, bahkan menjadi rekan sejawat bagi mantan gurunya sendiri. Sebagai ranger, ia juga aktif menjaga kawasan konservasi. Baginya, hidup berdampingan dengan komodo sudah menjadi bagian hidupnya sejak kecil.
“Komodo bagi kami bukan sekadar binatang, tapi saudara. Anak-anak di sini dari kecil sudah tahu bagaimana bersikap jika bertemu Komodo,” jelasnya.
Pengalamannya sebagai guru dan ranger memberikan sudut pandang unik dalam mendidik. Ia mengajarkan tidak hanya pelajaran sekolah, tetapi juga pengetahuan lokal, nilai-nilai konservasi, dan cinta tanah air.
Raco juga mengikuti pelatihan pengembangan pendidikan. Ia merasakan manfaat pelatihan tersebut, terutama dalam penerapan metode pembelajaran dan pemahaman rapor pendidikan yang lebih baik.
“Perbedaan antara pelatihan ini dengan pelatihan lainnya sangat terasa. Kami mendapatkan pelatihan langsung dari narasumber disertai umpan balik yang konstruktif,” ujarnya.
Kendati masih menghadapi tantangan seperti minimnya akses teknologi, kisah Raco memotivasi rekan-rekannya untuk terus belajar dan beradaptasi.
“Tidak ada kata terlambat. Kita sebagai guru harus terus selalu belajar dan selangkah di depan siswa,” tuturnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait
