Berbeda dengan "Going Home," drama "Customer is King" (19.00-20.00 WIB) mengangkat tema profesionalisme dan empati di dunia kerja.
Drama ini menceritakan Helga, resepsionis hotel yang terjebak di antara tuntutan sistem yang mengutamakan kepuasan pelanggan ("Customer is King") dan suara hati nuraninya. Konflik muncul ketika Helga bertemu tamu yang depresi dan ingin bunuh diri.
Sutradara "Customer is King," Saranietha Kadang, mahasiswa ECI semester akhir, menjelaskan, bahwa kisah ini bukan fiksi, melainkan cerminan realitas.
"Sistem profesionalisme seringkali menuntut kita membungkam empati demi efisiensi dan penilaian baik," kata dia. Lonceng di meja resepsionis menjadi simbol tekanan profesionalisme. Tapi, suara lonceng itu berubah menjadi teriakan minta tolong saat tamu depresi datang.
Respon penonton terhadap kedua drama sangat positif. Tepuk tangan meriah dan diskusi hangat pasca pertunjukan menunjukkan betapa dramanya berhasil menyentuh hati dan memicu renungan. Pertanyaan besar yang ditinggalkan: "Jika kita di posisi Helga, apa yang akan kita pilih: kapitalisme atau humanisme?"
Kedua drama ini membuktikan kualitas karya sutradara muda berbakat. Olivia dan Saranietha, dengan visi dan kreativitasnya, menunjukkan potensi besar dalam mengembangkan industri kreatif Indonesia, khususnya performing arts.
Karya mereka yang mendalam dan memukau menjadi bukti bahwa panggung teater di Indonesia tetap hidup dan relevan.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait
