Menutup rangkaian acara, tampil Kang Toteng, seorang seniman dan penyair rakyat, yang menyanyikan lagu-lagu bertema perjuangan, keadilan lingkungan, dan harapan masa depan. Dengan suara khas dan lirik yang tajam, ia berhasil memukau peserta sekaligus mempertegas pesan utama mimbar: suara mahasiswa adalah suara perubahan.
Dekan Fakultas Hukum UNTAG Surabaya, Prof. Dr. Slamet Suhartono, S.H., M.H., CMC, menegaskan bahwa mimbar bebas bukan sekadar ajang kritik, tetapi juga ruang pembelajaran. “Ini adalah mimbar akademik yang sarat substansi. Mahasiswa tidak hanya diajak berpikir kritis, tetapi juga diajak berkreasi, mengasah kepekaan sosial melalui seni dan orasi,” ungkapnya.
Dalam sambutannya, A.A. Gede Indrayana Kaniska, Wakil Gubernur BEM FH UNTAG, menekankan pentingnya keberanian mahasiswa untuk bersuara. “Kebebasan akademik bukan untuk dibungkam. Vox populi, vox dei—suara rakyat adalah suara Tuhan. Mahasiswa harus hadir sebagai pengontrol kekuasaan dan penjaga idealisme bangsa,” tegasnya.
Mimbar bebas ini menjadi simbol bahwa mahasiswa bukan sekadar pelajar, tetapi agen perubahan. Melalui orasi, seni, dan diskusi kritis, mereka menunjukkan bahwa semangat Bung Karno masih hidup dan terus menyala di dada generasi muda. FH UNTAG Surabaya telah membuktikan bahwa kampus bisa menjadi pusat gerakan moral dan intelektual yang membawa harapan bagi masa depan bangsa.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
