SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Pendakwah muda asal Kediri, Jawa Timur, Muhammad Elham Yahya Al-Maliki atau Gus Elham, menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada masyarakat menyusul beredarnya video yang belakangan viral di berbagai platform media sosial.
Permintaan itu disampaikan melalui video yang diunggah di akun Instagram pribadinya @mtibadallah pada Kamis (13/11/2025). “Dengan kerendahan hati yang paling dalam, saya Muhammad Elham Yahya Al Maliki memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat atas beredarnya beberapa potongan video lama yang menimbulkan kegaduhan,” ujar Gus Elham dalam video tersebut.
Ia menegaskan bahwa tindakan yang menjadi sorotan publik merupakan kekhilafan pribadi, bukan representasi dari ajaran dakwah yang ia sampaikan. Ia juga telah menghapus seluruh video tersebut dari media sosial resminya.
"Saya berkomitmen untuk memperbaiki diri dan menyampaikan dakwah dengan cara yang lebih bijak, sesuai ajaran Islam dan nilai-nilai akhlakul karimah," katanya.
Putra dari pasangan KH. Luqman Arifin Dhofir dan Hj. Ernisa Zulfa Al Hafidz, pengasuh Pondok Pesantren Al Ikhlas 1 Kediri ini menjelaskan bahwa video yang beredar adalah rekaman lama yang kini telah dihapus dari seluruh akun resmi Majelis Ta’lim Ibadallah.
Anak-anak yang tampak dalam video tersebut, kata dia, merupakan peserta rutin pengajian yang berada dalam pengawasan orang tua masing-masing. Ia menegaskan bahwa kegiatan majelis selama ini berjalan dalam koridor keagamaan dan bimbingan moral yang positif.
“Ke depan, saya bertekad untuk menyampaikan dakwah dengan cara yang lebih bijak, sesuai dengan norma agama, etika, dan budaya bangsa," terangnya.
Sebelumnya, Gus Elham menjadi perbincangan di berbagai platform media sosial karena beberapa unggahan video terkait dirinya. Dalam video tersebut, pria kelahiran 8 Juli 2001 itu terlihat sedang mencium pipi anak kecil perempuan, hingga memasukkan sebagian pipi anak tersebut ke dalam mulutnya atau "dikokop". Tindakan tersebut menuai beragam reaksi dari masyarakat, mulai dari kritik keras hingga pembelaan.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
