SUMENEP, iNewsSurabaya.id - Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo mendukung rencana Bank Indonesia (BI) untuk menghadirkan stablecoin versi nasional yang dibangun di atas rupiah digital dan didukung Surat Berharga Negara (SBN).
Stablecoin merupakan aset digital yang nilainya dipatok ke mata uang fiat, seperti dolar AS atau yuan. Sehingga harganya tidak berfluktuasi liar seperti Bitcoin atau Ethereum.
Menurut Fauzi, inisiatif BI ini tidak hanya mencerminkan kemajuan teknologi finansial, tetapi juga komitmen negara dalam menjaga stabilitas moneter sambil mendorong inklusi keuangan.
“Ini bukan sekadar inovasi digital, melainkan bentuk modernisasi sistem moneter yang berpihak kepada rakyat. Dengan stablecoin nasional, kita bisa mewujudkan alat pembayaran digital yang andal sekaligus memitigasi risiko volatilitas aset kripto yang bersifat spekulatif," ujarnya, Selasa (25/11/2025).
Ia menekankan bahwa dukungan terhadap proyek tersebut tidak bersifat pasif. Sebagai pemimpin daerah, Fauzi berharap kolaborasi antara BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan pemerintah daerah dapat diperkuat, terutama dalam tahap uji coba (sandbox) rupiah digital.
Hal ini sejalan dengan pernyataan OJK yang menyebut bahwa mereka sejak awal telah diajak BI dalam pengembangan dan pengujian bersama dalam sandbox regulasi. Fauzi juga menggarisbawahi pentingnya edukasi masyarakat dalam rangka adopsi keuangan digital.
“Kita harus memastikan bahwa warga di Sumenep, terutama yang belum familiar dengan teknologi finansial, bisa mendapatkan pemahaman yang cukup. Edukasi menjadi kunci agar tidak terjadi kesalahpahaman atau kekhawatiran berlebihan terkait aset digital,” katanya.
Lebih jauh, ia menilai bahwa stabilitas nilai stablecoin nasional melalui dukungan SBN menjadi fondasi yang sangat kokoh. Dengan underlying SBN, stablecoin tersebut diyakini akan lebih tahan terhadap guncangan pasar global dan risiko spekulatif, sekaligus mendapatkan legitimasi dari lembaga moneter tertinggi.
Politikus PDI Perjuangan ini berharap stablecoin ini dapat membawa manfaat bagi masyarakat Sumenep. Selain sebagai alat pembayaran digital, ia juga membayangkan potensi penggunaan tokenisasi aset yang bisa membuka peluang investasi yang lebih inklusif. Misalnya bagi kaum menengah ke bawah di daerah.
Di sisi regulasi, ia menyambut baik keterlibatan OJK sebagai pengawas sejak awal. Kolaborasi itu menurutnya penting agar semua aspek. Mulai dari keamanan, perlindungan konsumen, hingga integritas pasar bisa terjaga dengan baik.
“Regulasi yang kuat berdampingan dengan inovasi, itulah kombinasi yang ideal,” tegasnya.
Fauzi menilai bahwa penggunaan stablecoin berpotensi menekan biaya remitansi bagi pelaku UMKM hingga keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI), mempercepat transaksi harian, serta membuka akses keuangan yang lebih luas bagi masyarakat desa dan wilayah kepulauan. “Teknologi tidak boleh hanya hadir di pusat kota, tetapi juga harus menjangkau lapisan ekonomi rakyat,” katanya.
Fauzi juga mengungkapkan, pertumbuhan ekosistem digital di Sumenep harus semakin kuat. Akses internet yang terus berkembang, pemanfaatan aplikasi kasir digital, serta penggunaan QRIS oleh ribuan warung dan toko menjadi modal penting dalam menyambut peluang inovasi pembayaran terbaru.
“Jika di masa depan ada fitur pembayaran berbasis stablecoin, ekosistem digital kita akan semakin efisien dan adaptif,” jelasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
