MALANG, iNews.id - Perjuangan rakyat Indonesia untuk kemerdekaan sangat berat. Masjid Bungkuk Malang menjadi saksi perlawanan pejuang Indonesia dalam melawan penjajah Belanda dan sekutunya.
Masjid dan pondok pesantren yang ada di Bungkuk itu juga mengirimkan beberapa kader pilihannya untuk berjihad bergerilya melawan penjajah Belanda dans sekutu saat agresi militer Belanda.
Fakta ini diutarakan generasi keempat pendiri Masjid Bungkuk KH. Moensif Nachrawi menuturkan, meski tidak secara resmi digunakan markas gerilyawan, tetapi masjid dan pondok pesantren Bungkuk yang jadi tertua se-Malang raya ini menjadi area penggemblengan para pejuang. Di sini para pejuang digembleng baik fisik maupun spiritual untuk berjihad mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Tidak secara resmi markas begitu, tapi seperti anda tahu gerilya itu setelah (tahun) 45 merdeka, 45 agustus merdeka, November 45 Belanda datang lagi bersama sekutu-sekutu waktu itu Inggris, sebetulnya itu urusannya sekutu. Tapi Belanda ndompleng (ikutan) kepingin masuk lagi ke Indonesia," ucap Moensif ditemui di rumahnya di Jalan Bungkuk, Kelurahan Pagentan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, beberapa waktu lalu.
Saat itu Belanda dan sekutunya memasuki Indonesia mulai dari kawasan Surabaya. Belanda dan sekutu terus bergerak ke selatan mencoba menguasai kembali beberapa daerah ke selatan Surabaya yang sempat dikuasai sebelum kedatangan Jepang.
"Waktu itu mulai masuk dari Surabaya yang diincar mulai terjadi rundingan gagal, rundingan gagal, perang lagi, hingga ada perang enam hari matinya Jenderal Mallaby. Belanda bertahan (tahun) 45 akhir 46, (tahun) 47 di Surabaya, 47 mulai merangsek ke selatan," ungkapnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait