Faktor ketiga, adalah faktor internasional yang menganggap rezim ini adalah rezim pro-Beijing yang semi-otoriter dan tidak mampu menyelesaikan masalah dasar kebutuhan rakyatnya.
"Barangkali masih ingat, beberapa minggu yang lalu terjadi di Sri Lanka, negara dengan proyek infrastruktur ugal-ugalan, yang dibiayai dengan utang jor-joran, akhirnya ekonomi collapse, dan rakyatnya marah. Akhirnya keluarga Rajapaksa diturunkan secara paksa oleh rakyat Sri Lanka," terang RR.
Semakin lama semakin tajam friksi antara negara-negara demokratis dan negara tidak demokratis. RR menegaskan, dunia luar melihat bahwa rezim ini sangat pro-Beijing dan semi-otoriter, semakin tidak demokratis dan tidak mampu menyelesaikan masalah kehidupan dasar dan kebutuhan pokok rakyat.
"Coba perhatikan, sebulan terakhir, berita internasional tentang pemerintahan Jokowi rata-rata semuanya negatif, beda dengan tahun lalu. Pemberitaan negatif itu tentu akan berlanjut," tandasnya.
"Kalau ketiga faktor tadi bergabung, kondisi ekonomi rakyat golongan menengah ke bawah yang susah, keuangan negara yang selalu menaikan harga-harga karena kesulitan likuiditas, dan persepsi dunia internasional, maka perubahan akan terjadi karena kondisi objektifnya sudah matang," pungkasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait