Lantas, mengapa saat ini kondisi objektif perubahan sudah matang ?
Alasan pertama, kondisi ekonomi rakyat golongan menengah ke bawah saat ini sangat susah. Lebih susah daripada bulan Maret-April 1998.
RR menyebut jika pada 1998, yang bermasalah adalah konglomerat karena memiliki hutang terlalu banyak sehingga akhirnya akses pembiayaan mereka dari luar negeri distop.
Namun usaha kecil dan menengah bahkan berkembang, menggantikan sebagian barang impor dan didukung oleh kondisi likwiditas yang masih baik.
"Tapi hari ini, rakyat menengah ke bawah kita betul-betul susah karena pekerjaan tidak ada, juga uang yang beredar sedikit sekali. Pendapatan yang naik besar hanya untuk oligarki yang menguasai mineral, tambang, sawit, tetapi rakyat biasa susah sekali," ujarnya.
Alasan kedua, pemerintah mengalami kesulitan likuiditas karena ingin terus menambah termasuk membuat ibukota baru. Padahal, ujar RR, jika penerimaan negara sedang turun, seperti ekonomi rumah tangga, maka pengeluaran harus dikurangi.
"Tetapi, semangat proyek luar biasa karena mark-up dari setiap proyek tersebut minimum 20%. Itulah yang menjadi bancaan para pejabat, mereka tidak peduli bagaimana membayar utang utk proyek-proyek tersebut," katanya.
Pembangunan tanpa perencanaan yang matang dan cendrung ugal-ugalan ini berdampak fatal. Harga dan tarif akhirnya harus dinaikkan, baik tarif, pajak, listrik, dan semua hal harus dinaikkan untuk menutupi kondisi keuangan negara yang memang berat.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait