SURABAYA, iNews.id - Guru Besar Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya, Prof. Slamet Riyadi menyebut bahwa industri batik nasional punya peluang besar di pasar internasional.
Hal itu ia kemukakan ketika menyampaikan orasi ilmiah bertajuk "Model dan Strategi Meningkatkan Keunggulan Daya Saing Industri Batik Tulis Menuju Go Internasional", saat dikukuhkan sebagai Guru Besar (Gubes) Bidang Ilmu Manajemen di Unitomo Surabaya, Kamis (23/6/2022).
Sejauh ini, kata Slamet, sentra-sentra batik yang ada di Indonesia memang masih didominasi industri kecil dan menengah (IKM). Namun para pelau IKM ini terbukti tangguh dalam menghadapi krisis ekonomi.
Seperti di daerah Tanjung Bumi, Bangkalan misalnya. Berdasarkan alanisa SWOT atau analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, para pelaku industri batik berada pada situasi yang sangat menguntungkan.
"Pernah saya teliti, positioning pelaku industri batik tulis di wilayah ini berada di kuadran 1. Artinya mereka sebenarnya punya kekuatan lebih besar dibanding kelemahannya. Peluangnya pun lebih besar dibanding ancaman yang dihadapi," terangnya.
Karena itu, saran Slamet, cukup tepat jika pelaku industri batik tulis di wilayah ini melakukan strategi yang lebih bersifat agresif melalui berbagai inovasi produk, inovasi pewarnaan, inovasi standarisasi, inovasi pemasaran, inovasi teknologi dan inovasi kerjasama.
Pemerintah, termasuk kalangan perguruan tinggi dan stakeholder lain, bisa mengambil peran dalam upaya peningkatan daya saing ini melalui berbagai program pelatihan, bantuan permodalan, kerjasama dan sebagainya.
"Namun, untuk lebih menjamin kesesuaian berbagai program itu dengan harapan dan kebutuhan mereka, maka pelaksanaannya harus dengan menggunakan pendekatan yang lebih partisipatif, bukan top down dari atas ke bawah, tapi bottom up dari bawah ke atas," tuturnya.
Jika strategi tersebut diterapkan, Wakil Rektor II Unitomo periode 2013-2017 dan 2017-2021 ini optimis industri batik bisa leluasa menguasai pasar global.
Mengingat saat ini kontribusi industri batik terhadap perekonomian nasional sejauh ini belum optimal.
Nilai ekspor industri fashion Indonesia sebelum pandemi global melanda beberapa tahun lalu sudah mencapai hampir 20 milyar US Dollar per tahun, atau senilai hampir 4% PDB Indonesia.
Dari jumlah itu, nilai ekspor industri batik sebagai salah satu bahan baku produk pakaian jadi masih di bawah 100 juta US Dollar per tahun, tidak sampai 1% dari total nilai ekspor industri fashion.
"Padahal Indonesia memiliki ratusan sentra industri batik, dengan hampir 40 ribu unit usaha yang menyerap hingga 200.000 tenaga kerja," ungkapnya.
Sebagai informasi, Slamet Riyadi resmi menjadi Gubes Unitomo Ke-19. Acara pengukuhan guru besar ke 19 Kampus Kebangsaan dan Kerakyatan ini dipimpin Rektor Unitomo, Siti Marwiyah, di Auditorium Ki H. Mohammad Saleh lantai 5 gedung F kampus Jl. Semolowaru Surabaya.
Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2Dikti) Wilayah VII Jawa Timur Prof. Suprapto, DEA turut hadir dan menyerahkan langsung Surat Keputusan pengangkatan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini sebagai guru besar.
Editor : Ali Masduki