TEXAS, iNews.id - Penembakan massal di sekolah dasar (SD) di Texas bocor melalu video. Beredarnya video ini membuat keluarga dari korban yang tewas marah, kemarahan iniu semakin memuncak setelah video baru bocor yang menunjukkan serangan itu.
Rekaman CCTV berdurasi 82 menit dari Uvalde, yang diterbitkan oleh surat kabar lokal, menunjukkan kedatangan pria bersenjata dan polisi menunggu 77 menit untuk menghadapinya. Video itu dirilis beberapa hari sebelum para pejabat mengatakan mereka berencana untuk menunjukkan kepada keluarga atau merilisnya secara terbuka.Kebocoran rekaman itu, serta apa yang ditunjukkannya, memicu kembali kemarahan publik.
"Siapa pun yang membocorkan video itu... Saya berdoa agar Anda tidak pernah berurusan dengan apa yang dihadapi semua orang tua, kakek-nenek, saudara kandung, bibi, paman. Malu pada Anda," kata salah satu anggota keluarga pada konferensi pers di Washington DC.
Gloria Cazares, yang putrinya termasuk di antara 19 anak dan dua guru yang tewas dalam penembakan itu, mendesak orang-orang untuk tidak membagikan video tersebut. "Ini kebalikan dari apa yang diinginkan keluarga," tulisnya di Facebook. "Hati kita hancur lagi!,” lanjutnya.
Tetapi kerabat lainnya menyatakan dukungannya pada video iru. "Saya senang itu dirilis. Tapi saya berharap mereka menunggu sampai anggota keluarga melihatnya sebelumnya," ujar Jesse Rizo, yang kehilangan anggota keluarga dalam penembakan itu, kepada afiliasi CBS lokal, Kens5.
Surat kabar Austin American-Statesman membela keputusannya untuk menerbitkan rekaman itu dalam editorial pada Selasa (12/7/2022) malam. "Transparansi dan pelaporan yang tak henti-hentinya adalah cara untuk membawa perubahan," bunyinya.
"Tujuan kami adalah untuk terus mengungkap apa yang terjadi di Robb Elementary, yang telah lama diminta oleh keluarga dan teman para korban Uvalde,” lanjutnya.
Video tersebut, yang mengkonfirmasi banyak rincian yang telah diberikan oleh pejabat Texas, dimulai dari saat pria bersenjata itu menabrakkan kendaraannya di dekat kampus. Dia menembakkan tembakan ke orang yang lewat di luar sebelum memasuki gedung sekolah dan berjalan tanpa hambatan melalui koridor.
Lalu seorang murid terlihat kembali ke kelas dari kamar mandi. Setelah melihat pria bersenjata itu berjalan menyusuri lorong di depannya, siswa itu membeku, berbalik dan melarikan diri. Jeritan anak-anak diedit di seluruh video, tetapi beberapa semburan tembakan yang ditembakkan oleh si pembunuh jelas terdengar.
Petugas pertama tiba di lorong hanya tiga menit setelah penyerang memasuki gedung, tetapi bahkan ketika beberapa lagi berkumpul di koridor gedung, tidak ada yang mencoba memasuki kelas tempat pria bersenjata itu membarikade dirinya dengan siswa.Petugas bersenjata juga terlihat mendekati ruang kelas tempat penembakan terjadi, tetapi kemudian mundur ketika terdengar suara tembakan.
Petugas yang datang kemudian dengan perlengkapan taktis dan peralatan lainnya juga tampak ragu-ragu untuk menghadapi pria bersenjata itu. Mereka akhirnya menyerbu ruang kelas dan menembak mati remaja berusia 18 tahun itu lebih dari satu jam setelah dia pertama kali melepaskan tembakan.
Kepala keamanan publik Texas Steven McCraw mengatakan komandan di tempat kejadian, kepala polisi sekolah Uvalde Pete Arredondo, "menunggu radio dan senapan, dan dia menunggu perisai dan dia menunggu SWAT".
Sebelumnya pada Juni lalu, Arredondo mengatakan dia tidak menganggap dirinya sebagai komandan dan tidak memerintahkan polisi untuk menahan diri. Dia ditempatkan pada cuti administratif bulan lalu dan sejak itu mengundurkan diri.
McCraw menggambarkan tanggapan polisi terhadap serangan itu sebagai "kegagalan yang hina" dan mengatakan petugas membuang waktu penting untuk mencari kunci kelas yang "tidak pernah diperlukan."
Para pejabat menyatakan kekecewaannya atas kebocoran rekaman itu, yang telah direncanakan oleh panel senat negara bagian Texas untuk pertama kali diperlihatkan kepada keluarga yang berduka pada Minggu (17/7/2022) mendatang.
Walikota Uvalde Don McLaughlin, berbicara pada pertemuan dewan kota, menyebutnya "salah satu hal yang paling payah yang pernah saya lihat".
"Mereka tidak perlu melihat pria bersenjata itu masuk dan mendengar suara tembakan. Mereka tidak perlu menghidupkan kembali itu, mereka sudah cukup melaluinya," katanya.
Editor : Arif Ardliyanto