SURABAYA, iNews.id - Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Seorang manusia terutama diingat jasa-jasanya atau kesalahan-kesalahannya. Perbuatannya ini, baik maupun buruk akan tetap dikenal meskipun seseorang sudah mati.
Sebagaimana pepatah diatas, jejak pendiri Sekolah Islam Shafta Surabaya, KH. Abdul Mu'id, sampai saat ini masih melekat.
Nama besar dan kesalehan pecinta Al-Quran itu menjadi magnet generasi setelahnya. Tradisi baik yang diwariskan KH. Abdul Mu'id terus dirawat.
Sebagai guru dan penghafal Al-Quran, Haul Almaghfurlah KH. Abdul Mu'id pun selalu ditunggu oleh para penghafal Al-Quran.
Bahkan setiap tahunnya, jumlah huffadz (penghafal Al-Quran) dan jumlah majelis yang mengikuti haul yang diisi dengan Khatmil Quran atau upacara menamatkan Al-Quran terus bertambah.
Pada haul yang ke-6 ini, sebanyak 40 majelis mengikuti haul yang digelar oleh Yayasan Al Insanul Kamil. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan tahun lalu yang berjumlah 30 majelis.
Sedangkan jumlah huffadz sendiri, ada 125 orang baik laki-laki dan perempuan yang datang dari 5 kota dan kabupaten di Jawa Timur. Mereka datang dari kota Surabaya, Sidoarjo, Malang, Pasuruan dan Gresik.
Khatmil Quran dilaksanakan serantak di 4 kecamatan di kota Surabaya Barat. Diantaranya Kecamatan Sambikerep, Dukuh Pakis, Tandes dan Lidah Wetan.
Ketua Yayasan Al Insanul Kamil, Ahmad Nashruddin, menuturkan haul yang digelar rutin setiap tahun ini merupakan wujud terimakasih sekaligus kirim doa untuk pendiri sekolah Islah Shafta.
"Karena beliau adalah pecinta Al-Quran dan sering mengadakan semasa hidup. Jadi kami meneruskan," katanya kepada awak media, saat ditemui di Sekolah Islam Shafta, Jalan Raya Lontar, Kota Surabaya, Sabtu (16/7/2022).
Anak pendiri Sekolah Islam Shafta ini berharap, apa yang sudah ditanam oleh abahnya bisa menjadi tauladan bagi generasi muda, sehingga semakin banyak anak muda yang menjadi penghafal Al-Quran.
Pada momen haul ke-6 ini, juga dihadiri oleh Imam Besar Masjid Agung Al Akbar Surabaya Ustadz Ahmad Muzakky, dan perwakilan Pondok Pesantren Nurul Huda Singosari Malang.
Kegiatan akan dilanjutkan pada hari kedua dengan tahlil dan doa bersama di rumah mendiang KH. Abdul Mu'id.
Editor : Ali Masduki