SURABAYA, iNews.id – Penyakit HIV (human immunodeficiency virus) atau AIDS masih menjadi momok menakutkan di masyarakat. Tanda-tanda HIV/AIDS biasanya tidak langsung muncul saat seseorang baru terinfeksi.
Pada awal terinfeksi, gejala yang muncul mirip dengan gejala flu biasa. HIV seringkali baru terdeteksi saat sudah memasuki tahap lanjut. HIV (human immunodeficiency virus) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh yang kuat, tubuh kesulitan melawan infeksi, sehingga penderita HIV lebih rentan untuk terserang penyakit.
Mengenal HIV
HIV bekerja dengan cara menghancurkan sel darah putih yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Semakin banyak sel darah putih yang rusak, semakin lemah kekebalan tubuh.
Banyak orang yang menganggap HIV adalah AIDS dan begitu pula sebaliknya. Padahal terinfeksi HIV tidak selalu akan berujung pada AIDS jika status infeksi HIV cepat terdeteksi dan diobati.
Pada tingkat infeksi HIV yang sangat parah, kekebalan tubuh sangat menurun. Sehingga membuat tubuh lebih rentan terkena infeksi dan penyakit kanker. Kondisi mematikan inilah yang disebut AIDS (acquired immunodeficiency syndrome).
Meski demikian, infeksi HIV membutuhkan waktu beberapa tahun untuk berkembang menjadi AIDS.
Gejala dan Tanda-Tanda HIV/AIDS
Banyak orang dengan HIV tidak tahu kalau mereka terinfeksi. Hal ini karena gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS pada tahap awal sering kali tidak menimbulkan gejala berat, baik pada wanita maupun pria. Infeksi HIV hingga menjadi AIDS terbagi menjadi 3 fase, yaitu:
Fase pertama: infeksi HIV akut
Fase pertama umumnya muncul setelah 1-4 minggu infeksi HIV terjadi. Pada fase awal ini, penderita HIV akan mengalami gejala mirip flu, seperti:
- Sariawan
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Radang tenggorokan
- Hilang nafsu makan
- Nyeri otot
- Ruam
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Berkeringat
Gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS tersebut dapat muncul karena sistem kekebalan tubuh sedang berupaya melawan virus. Gejala ini bisa bertahan selama 1-2 minggu atau bahkan lebih.
Fase kedua: fase laten HIV
Pada fase ini, penderita HIV/AIDS tidak menunjukkan tanda dan gejala yang khas, bahkan dapat merasa sehat. Padahal secara diam-diam, virus HIV sedang berkembang biak dan menyerang sel darah putih yang berperan dalam melawan infeksi.
Pada fase ini, tanda-tanda HIV/AIDS memang tidak terlihat, tapi penderita tetap bisa menularkannya pada orang lain. Pada akhir fase kedua, sel darah putih berkurang secara drastis sehingga gejala yang lebih parah pun mulai muncul.
Fase ketiga: AIDS
AIDS merupakan fase terberat dari infeksi HIV. Pada fase ini, tubuh hampir kehilangan kemampuannya untuk melawan penyakit. Hal ini karena jumlah sel darah putih berada jauh di bawah normal.
Tanda-tanda HIV AIDS pada tahap ini antara lain berat badan menurun drastis, sering demam, mudah lelah, diare kronis, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Karena pada fase AIDS sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah, maka penderita HIV/AIDS akan sangat rentan terkena infeksi dan jenis kanker tertentu. Penyakit yang biasanya terjadi pada penderita AIDS antara lain:
- Infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan
- Pneumonia
- Toksoplasmosis
- Meningitis
- Tuberkulosis (TB)
- Kanker, seperti limfoma dan sarcoma Kaposi
Pencegahan dan Pengobatan HIV
Pencegahan dan penanganan dini infeksi HIV adalah kunci utama agar kondisi ini tidak berkembang menjadi AIDS yang berbahaya.
Oleh karena itu, menjalani gaya hidup sehat dan menghindari perilaku berisiko. Seperti seks bebas atau menggunakan jarum suntik secara bergantian, merupakan cara efektif untuk mencegah HIV/AIDS.
Untuk terhindar dari HIV dan AIDS, Anda harus menerapkan hal-hal berikut ini:
- Menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Gunakan kondom secara benar untuk menghindari kebocoran.
- Tidak bergonta-ganti pasangan.
- Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh orang lain, misalnya melalui luka atau seks
- Tidak menggunakan peralatan pribadi seperti sikat gigi, alat cukur, dan sex toys secara bersama.
- Memulai pengobatan ARV jika Anda berisiko terpapar virus HIV. Selain itu lakukan pemeriksaan status HIV secara rutin.
Pahamilah bahwa HIV ditularkan melalui cairan tubuh, seperti darah, ASI, air mani, dan cairan vagina. HIV tidak dapat ditularkan melalui air liur, gigitan serangga, makanan, atau minuman. Selain itu, HIV juga tidak menular melalui penggunaan toilet, atau berjabat tangan dan berpelukan dengan penderita.
Sampai saat ini, obat untuk menyembuhkan infeksi HIV belum ditemukan. Meski demikian, HIV masih bisa dikontrol dengan mengonsumsi antiretroviral (ARV), yaitu obat yang bekerja dengan cara mencegah duplikasi virus.
Antretroviral tersedia dalam bentuk tablet dan harus dikonsumsi setiap hari. Konsumsi obat ini secara teratur dapat memperlambat perjalanan penyakit HIV dan memperpanjang harapan hidup penderita. Tanpa pengobatan ini, HIV dapat berkembang menjadi AIDS dalam waktu yang lebih cepat.
Segera periksakan diri dan lakukan tes deteksi HIV jika Anda berisiko terinfeksi atau mengalami gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS. Jangan sungkan atau malu untuk berkonsultasi ke dokter dan melakukan pemeriksaan HIV. Karena pengobatan yang dilakukan sejak dini dapat memperlambat perkembangan infeksi HIV menjadi penyakit AIDS.
Editor : Arif Ardliyanto